Oleh: MH. Said Abdullah
Jawa Timur itu secara keterikatan keagamaan dikenal sangat Nahdiyin, berkiblat pada Nahdatul Ulama (NU). Demikian pula secara kultural sebagian besar masyarakat Jawa Timur hidup dalam tradisi NU yang sangat kental menghormati para kiai. Sebuah relasi kehidupan yang tergolong sangat menarik.
Kentalnya relasi para jamaah NU dan kiainya membuat persoalan apapun tak lepas dari peran kiai. Menentukan waktu pernikahan, menanyakan jodoh, memberi nama anak yang baru lahir termasuk pula dalam soal politik seperti Pilkada sekarang ini meminta pertimbangan atau petunjuk kiai. Walhasil para kiai memang menempati posisi strategis pada sebagian besar masyarakat Jawa Timur.
Untuk kawasan di Madura misalnya, jika terjadi pertengkaran sampai taraf peran tanding, seperti carok, jika ingin dilerai atau dihentikan pengaruh terbesar hanya bisa dilakukan kiai. Secara bercanda ada ungkapan yang mengatakan bahwa jika ada carok walau dikirim satu batalyon polisi sekalipun tak akan bisa melerainya. Tetapi dengan hanya seorang kiai sepuh saja, walau berjalan tertatih-tatih hampir bisa dipastikan carok akan berhenti. Mereka yang saling membawa clurit itu akan tergepoh-gepoh bersujud kepada sang kiai.
Dalam buku berjudul Perbendaharaan Lama karya Prof. Dr. Hamka digambarkan secara jelas bagaimana relasi keagamaan dan sosial masyarakat Madura dengan kiainya. Sangat luar biasa sehingga apapun persoalan kehidupan seakan para kiailah yang menentukan.
Pada moment Pilkada seperti sekarang ini para kiai di berbagai daerah di Jawa Timur seperti memiliki perhelatan khusus layaknya keramaian pernikahan. Tamu dari berbagai kalangan masyarakat seperti tiada henti, silih berganti. Suasana lebaran makin membuat rumah para kiai selalu ramai. Apalagi kalau bukan ingin mendengar serta meminta pertimbangan dan kalau mungkin petunjuk kiai tentang siapa yang layak dipilih.
Para kiai NU biasanya dengan jernih kemudian memberikan masukan siapa yang layak dipilih dalam acara Pilkada. Para warga Nahdiyinpun biasanya, karena relasi sosial yang begitu kental dengan penuh kepercayaan mengikuti pertimbangan dan petunjuk para kiai.
Memang, dengan jumlah masyarakat pemilih Jawa Timur yang cukup besar tak semua warga Nahdiyin dapat langsung sowan ada kiainya. Apalagi dihadapkan padatnya arus lalu lintas di momen mudik dan arus balik lebaran belakangan ini. Beruntunglah sekarang ini media sosial dan kecanggihan pemberitaan relatif mempermudah mendapatkan informasi bagi warga Nahdiyin terkait pilihan dalam Pilkada. Mereka bisa membaca berbagai pemberitaan termasuk juga media sosial, siapa yang memiliki kelayakan memimpin daerahnya.
Masyarakat Nahdiyin tinggal mencermati dan kemudian mengikuti petunjuk serta pertimbangan para kiai siapa yang layak dipilih dalam Pilkada di Jawa Timur. Semuanya sangat jelas. Para kiai Nahdiyin telah memberikan pertimbangan matang, yang in syaa Allah telah melalui kajian dari berbagai aspek, termasuk dari perspektif keagamaan.
Jadi dalam moment Pilkada khususnya Jawa Timur, masyarakat Nahdiyin dalam memilih siapa yang layak memimpin daerahnya, baik di tingkat Provinsi maupun Kabupaten dan Kota, tinggal mengikuti pertimbangan dan petunjuk para kiai. Dan sejarah sudah memberikan bukti, para kiai yang merupakan pewaris Nabi Muhammad dalam masalah keagamaan dan kehidupan sosial itu selalu berupaya memberikan yang terbaik kepada masyarakatnya. In syaa Allah. (*)