BLITAR, koranmadura.com – Sungguh mulia niat nenek Marsiyem (90), warga Dusun Domot, Desa Purwokerto, Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar. Demi menyempurnakan rukun Islam yang kelima, ia rela berkeringat sebagai penjual bunga kenanga. Dari hasil penjualannya pun ditabung. Kini, setelah 20 tahun lebih menabung, akhirnya ia akan berangkat Agustus nanti.
Ketika ditemui di rumahnya nenek Marsiyem terlihat sangat sehat walaupun usainya sudah senja. Senyumnya yang sumringah menandakan bahwa dirinya siap 100 persen berangkat haji.
“Woo… Saya masih kuat naik sepeda lho. Tiap hari cari bunga kenanga itu keliling desa. Dari Purwokerto, Karanggayam sampai Dusun Lempung Pakisrejo,” kisahnya sambil tertawa, saat berbincang-bincang Senin, 16 Juli 2018.
Keliling tiga desa yang dimaksud oleh nenek Marsiyem memiliki jarak yang tidak dekat, dari rumahnya sekitar 20 km. Namun apalah daya, demi mimpi, setiap pagi, nenek Marsiyem mengayuh sepeda tuanya mencari bunga kenanga. Bunga yang telah dikumpulkan dari tiga desa tersebut lalu disetorkan ke pengepul.
“Saya nunggu di pos terus telepon pengepul buat disetor ke penyulingan. Saya beli dari yang punya pohon kenanga itu Rp 18 ribu/kg. Lalu saya jual ke pengepulnya Rp 19 ribu/kg,” ujarnya.
Dari uang seribu per kilogram keuntungan jual bunga kenanga inilah, Nenek Marsiyem mulai merajut mimpinya untuk naik haji. Jika bunga kenanga sedang musim, ia bisa mengumpulkan sebanyak 2 kuintal bunga kenanga. Namun jika musim hujan tiba, ia hanya bisa menyetorkan sekitar 10 kg bunga kenanga kepada pengepul.
“Sedikit-sedikit saya kumpulkan di bawah karpet. Kalau bisa nabung Rp 20 ribu yang ditabung tiap hari. Kalau nggak bisa segitu, ya seadanya. Pokok harus ada yang disisihkan,” jelasnya.
Ketika uang itu telah terkumpul seharga satu gram emas, maka uang tabungan itu dibelikan perhiasan. Begitu seterusnya hingga berat perhiasan yang dimilikinya senilai Rp 35 juta. Uang inilah yang digunakan untuk membayar uang muka pendaftaran haji.
“Saya didaftarkan cucu saya. Tahun 2010 itu bayar Rp 25 juta. Sekarang tinggal melunasi yang Rp 11,1 juta,” katanya penuh syukur.
Namun karena ketekunan nenek Marsiyem, ia tak perlu menjual seluruh perhiasan yang dimilikinya untuk melunasi biaya perjalanan haji. Ia masih memiliki sisa tabungan untuk digunakan membiayai keperluan lainnya.
Delapan tahun berselang, nenek Marsiyem akhirnya mendengar kabar gembira. Tanggal 4 Agustus nanti, ia dijadwalkan masuk asrama haji untuk persiapan berangkat ke tanah suci. Ia berangkat Bersama dengan anak menantunya, nenek Marsiyem tergabung di kloter 56 embarkasi Juanda.
“Sudah persiapan. Yang penting sehat dan semangat naik haji,” pungkasnya.
(detik.com/SOE/VEM)