YOGYAKARTA, koranmadura.com – Dewan Pembina The Wahid Institute, Alissa Wahid, mengingatkan akan bahaya memainkan isu sentimen agama dalam pemilu 2019 mendatang. Sebab, hal tersebut dapat menumbuhkan rasa kebencian di tengah masyarakat.
“Luka kebencian yang ada di masyarakat tidak terobati, itu bahayanya,” kata Alissa seusai menjadi pembicara seminar harmoni dalam keberagaman di Ballroom Hotel Tentrem Yogyakarta, Kamis, 26 Juli 2018.
Menurutnya, sekarang ini banyak politisi yang memainkan sentimen agama untuk mendulang suara. Bahkan, ada politisi yang terang-terangan menggunakan sentimen agama untuk menarik simpati.
Alissa mengingatkan, masyarakat di lapisan bawahlah yang paling merasakan dampak dimainkannya sentimen agama. Sementara para politisi tinggal menikmati kekuasaan yang diraihnya. “Nanti kalau sudah selesai pemilu, orangnya sudah terpilih, para politisinya sudah bisa ketawa-ketawa, ngopi-ngopi bareng,” jelasnya.
Supaya isu agama tidak dimainkan dalam pemilu, Alissa berharap, para tokoh agama turut memberikan edukasi kepada masyarakat. Selanjutnya pemerintah juga harus turun tangan untuk mengatasi persoalan ini.
“Politisi itu harus bertanggungjawab. Jadi kalau ada pendukungnya, nanti ni, pilpres, ada pendukungnya yang menggunakan sentimen agama untuk menyerang kandidat lain. Itu politisi harus kita minta pertanggungjawabannya. Sayangnya kita hanya bisa mengimbau, mengimbau para politisi untuk melihat bangsa Indonesia ke depan seperti apa. Jangan digadaikan hanya untuk kepentingan kekuasaan lima tahun,” tutupnya. (DETIK.com/ROS/VEM)