JAKARTA, koranmadura.com – Bandan Anggaran DPR RI hari ini menggelar Rapat Panja untuk membahas asumsi dasar kebijakan fiskal, pendapatan, defisit dan pembiayaan tahun 2019. Rapat diawali dengan pemaparan asumsi dasar ekonomi makro 2019.
Hasil rapat pemerintah dan Komisi XI dan Komisis VI menyepakati bahwa pertumbuhan ekonomi 2019 di kisaran 5,2-5,6%, inflasi 2,5-4,5%, tingkat suku bunga SPN 3 bulan 4,6-5,2% dan nilai tukar Rp 13.700-14.000.
Sementara harga minyak mentah Indonesia diproyeksikan US$ 60-70 per barel, lifting minyak 722-805 ribu barel per hari dan lifting gas 1.210-1.300 barel setara minyak per hari.
“Kalau dilihat kondisi perekonomian saat ini, maka kondisi ekonomi kita sangat dipengaruhi perubahan tingkat internasional Amerika Serikat (AS) yang bergerak cepat,” Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Suahasil Nazara di Gedung DPR, Jakarta, Senin, 2 Juli 2018.
Suahasil menerangkan, volume perdagangan dunia agak melambat lantaran proteksionisme perdagangan yang dilakukan oleh AS. Dengan kondisi seperti itu maka perekonomian AS akan cepat membaik.
“Dengan membaiknya ekonomi AS, The Fed mulai menaikkan suku bunga agar perekonomian AS tidak over heating. Dampaknya suku bunga obligasi 10 tahun AS yg jadi benchmark kita mulai pelan-pelan naik. Sekarang di 2,9%,” tuturnya.
Alhasil, lanjutnya, banyak dana-dana yang kembali ke AS karena tawaran bunga yang lebih baik. Untuk menjaga itu, Bank Indonesia (BI) pun sudah menaikkan suku bunga beberapa kali hingga saat ini di level 5,25%.
Dengan suku bunga yang semakin naik, maka pertumbuhan ekonomi tahun depan akan sedikit tertahan. Oleh karena itu pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi di 2019 lebih di batas bawah. “Kemungkinan di sisi bawahnya, yaitu di 5,2%. Jadi 5,2% menjadi basis,” tambahnya. (DETIK.com/ROS/VEM)