KORANMADURA.com– Guna menanggulangi akun palsu dan mencurigakan, media sosial Twitter telah menangguhkan kurang lebih 70 akun. Itu terhitung sejak bulan Mei hingga Juni 2018.
Seperti dilansir dari laman Washington Post, Sabtu, 7 Juli 2018, Vice President Trust and Safety Twitter, Del Harvey, mengaku sudah dua kali lebih menangguhkan akun dibandingkan Oktober 2017.
Sebab penangguhan terhadap puluhan juta akun itu, kata Harvey lantaran dirinya mengaku merasa tertekan oleh Kongres Amerika Serikat. Kasusnya, karena akun palsu Rusia ikut campur dalam pemilu presiden pada 2016.
Sejak 2017 lalu, akun Twitter memang sedang gencar melawan bot dan alat pendeteksi troll di platform-nya. Walaupun ada risiko penurunan pengguna aktif harian, namun hal itu lebih ke masalah kampanye Presiden AS dua tahun lalu.
Suspend adalah cara untuk menjaga keselamatan pengguna atau user. Harvey juga menyatakan bahwa mereka akan tetap mempersilakan penggunanya untuk berbicara secara bebas di platform-nya.
“Kami mengubah kalkulus antara wacana publik dengan menjaga keselamatan user. Cara ini dikembangkan dengan kemampuan teknis untuk menjaring akun jahat,” jelas Harvey.
“Salah satu dari perubahan terbesar adalah bagaiman kami berpikir untuk menyeimbangkan kebebasan berpendapat dengan kebebasan yang akan mencelakakan ucapan orang. Kebebasan berpendapat bukan berarti bisa membuat orang lain tidak aman,” katanya, menambahkan.
Kendati demikian, Harvey meyakini bahwa pilihan perusahannya untuk melakukan hal ekstrem ini tidak berdampak banyak bagi Twitter. Karena, banyak akun yang dianggap bermasalah tidak melakukan aktivitas secara teratur di platform tersebut.
Ia mengklaim, dengan bergerak lebih agresif melawan akun mencurigakan, Harvey mengungkapkan hal itu akan membantu platform-nya menjadi lebih baik saat melindungi penggunanya dari manipulasi dan penyalahgunaan akun.
“Selain itu, akun yang dipegang oleh pengguna asli menjadi satu-satunya sumber pendapatan kami lewat tanggapan terhadap iklan,” ujar Harvey. (VIVA.co.id/SOE/DIK)