SUMENEP, koranmadura.com – Selama hampir sepuluh tahun, warga Dusun Gaber, Desa Soddara, Kecamatan Pasongsongan, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, menikmati aliran listrik dengan daya di bawah normal, yakni 180 volt.
Salah seorang warga (pelanggan PLN, red.) setempat, Zaini Anam mengeluhkan 180 volt ini. Katanya, kondisi yang dialami oleh warga sudah hampir sepuluh tahun.
“Kurang lebih sepuluh tahun lamanya, warga di sini menikmati aliran daya listrik sekitar 180 volt ketika di malam hari. Kalau siang masih lumayan, kadang bisa nyampek 200 volt,” kata Zaini Anam, Sabtu, 7 Juli 2018.
Menurutnya, akibat dari kurangnya daya tersebut berdampak terhadap kondisi alat-alat elektronik, seperti lampu, televisi, dan lainnya. “Selain itu, apabila saya ingin menghidupkan pompa air maka harus mematikan beberapa lampu dan televisi terlebih dahulu. Jadi, kondisi ini yang dialami oleh warga sini,” paparnya.
Sementara Kepala Dusun Gaber, Nurul Huda menuturkan, beberapa waktu lalu, warga setempat sudah mendatangi kantor PT PLN Rayon Ambunten.
“Ada beberapa warga sudah melapor masalah ini. Namun pihak PLN belum menanggapinya. Besar kemungkinan kapasitas transfomatornya terlalu kecil dan bebannya terlalu berat. Jika misal demikian, harus segera diganti,” kata Nurul.
Nurul menilai, pihak PLN seharusnya menindaklanjuti laporan pelanggan. “Bukan hanya diam dan memancing amarah warga. Karena pada hakikatnya, semua pelanggan ingin diperlakukan sama dan semua haknya terpenuhi,” tambahnya.
Selain itu, warga juga mengeluhkan pemadaman listrik yang dilakukan tiba-tiba tanpa pemberitahuan sebelumnya kepada pelanggan. “Di sini hampir tiap hari padam. Bahkan dalam sehari kadang 4 kali listrik mati,” tambahnya.
Mantan aktivis ini meminta dengan tegas kepada pihak PLN agar semua keluhan pelanggan didengar dan ditindaklanjuti. Bahkan, apabila pihak PLN hanya diam, pihaknya mengancam akan melakukan unjuk rasa. “Kalau tidak didengar dan tak ada tindak lanjut, dalam waktu dekat kami akan unjuk rasa,” tegasnya.
Untuk diketahui, pada 9 Maret 2010 lalu, warga di dusun tersebut sempat melakukan unjuk rasa dan menuntut pihak PLN untuk menghidupkan listrik yang sempat mati selama seminggu serta meminta pihak PLN agar tidak ada diskriminasi antara pelanggan di kota dan di desa. (DIK/SOE)