CIREBON, koranmadura.com – Petani garam di Desa Rawaurip, Kecamatan Pangenan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, mengeluh lantaran harga garam rakyat terus anjlok. Saat ini, harga garam hanya Rp 800 per kg nya.
Salah seorang petani garam di Kecamatan Pangenan, Yusuf (45), mengaku jika panen garam kali ini disambut dengan harga garam yang kian menurun. Lebih dari satu bulan Yusuf mengolah lahan tambak garamnya. Namun hasilnya tak sesuai harapannya.
“Awalnya, bulan lalu itu harga di angka Rp 2.000 per kg nya, sekarang sudah Rp 800 per kg nya. Merosot nya itu hampir setiap minggu,” kata Yusuf saat ditemui di tambak garam miliknya, Senin, 9 Juli 2018.
Yusuf menceritakan, harga garam yang semula Rp 2.000 per kg nya tiba-tiba dalam sepekan langsung merosot menjadi Rp 1.600. Lebih lanjut, Yusuf mengatakan sepekan kemudian harga kembali anjlok hingga Rp 1.200 per kg nya. Dan, diakui Yusuf, saat ini harga garam sudah anjlok hingga Rp 800 per kg nya.
Yusuf mengatakan, tengkulak menjadi pemegang kendali naik atau turunnya harga garam. Tengkulak, diakui Yusuf, kerap memberikan modal atau utang kepada nelayan. Dia menyebutkan, ada yang memberikan utang atau modal Rp 500 ribu hingga Rp 1,5 juta.
“Di sini mayoritas petani garam telah mempunyai sangkutan dengan mereka (tengkulak), seperti utang atau modal dari mereka. Nilainya bervariasi, ini supaya hasil panennya tidak dijual ke luar,” ucap Yusuf.
Di tempat yang sama, petani garam lainnya Yanto (42), mengaku bingung dengan anjloknya harga garam. Padahal, lanjut Yanto, kebutuhan garam belum terpenuhi, pasalnya para petani garam baru saja memanen tambak garamnya.
“Tahun lalu kemarau panjang, panen garam kemarin sedikit. Sekarang baru panen, tapi harga anjlok. Harusnya harga garam bisa stabil,” katanya.
Yanto berharap, pemerintah bisa mengatasi persoalan harga garam petani. Yanto merasa dipermainkan oleh oknum tak bertanggung jawab. Kondisi seperti ini, diakuinya, kerap dirasakan para petani garam di Cirebon.
“Semoga pemerintah bisa memberi solusi. Kita tidak bisa berbuat banyak. Kita juga banyak kebutuhan yang harus dipenuhi, tidak mungkin garam ini disimpan sampai harga naik,” ucapnya. (DETIK.com/ROS/DIK)