JAKARTA, koranmadura.com – Susu kental manis secara resmi oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dinyatakan tak mengandung susu. Menurut BPOM, susu yang bertahun-tahun dikonsumsi oleh masyarakat itu hanya mengandung protein (Nx6,38) 6,5 persen dan lemah susu minimal 8 persen.
BPOM pun mengeluarkan surat edaran tentang label dan iklan pada produk susu kental manis. Dalam aturan ketat itu tercamtum beberapa poin, yaitu:
- Dilarang menampilkan anak-anak berusia di bawah 5 tahun dalam bentuk apapun.
- Dilarang menggunakan visualisasi bahwa produk Susu Kental dan Analognya (Kategori Pangan 01.3) disetarakan dengan produk susu lain sebagai penambah atau pelengkap zat gizi. Produk susu lain, antara lain susu sapi/ susu yang dipasteurisasi/ susu yang disterilisasi/ susu formula/ susu pertumbuhan.
- Dilarang menggunakan visualisasi gambar susu cair dan/atau susu dalam gelas serta disajikan dengan cara diseduh untuk dikonsumsi sebagai minuman.
- Khusus untuk iklan, dilarang ditayangkan pada jam tayang acara anak-anak.
Atas dasar itulah, susus kental manis memunculkan kontroversi. Bahkan DPR mengusulkan agar susu kental manis untuk sementara tidak dijual hingga ada penjelasan dari produsen.
Komisi IX DPR yang membidangi kesehatan mendesak produsen susu kental manis memberi penjelasan soal kandungan produknya. Sebelum ada penjelasan, penjualan susu kental manis diminta dihentikan sementara.
“Sebelum ada kejelasan soal produk tersebut, sebaiknya penjualannya dihentikan sementara. Sebab, di dalam kemasan itu secara eksplisit masih tertulis susu kental manis. Kalau memang tidak mengandung susu seperti temuan BPOM, tentu tidak layak dipasarkan dengan label seperti itu,” kata Wakil Ketua Komisi IX DPR, Saleh Partaonan Daulay kepada wartawan, Kamis 5 Juli 2018.
Namun, usulan penyetopan susu kental manis bikin pedagang martabak kebingungan. Sebab sejak ia berdagang martabak, susu kental manis adalah pilihan utamanya.
Purbadi (45), salah seorang pedagang martabak mengaku kalau setiap hari bisa menghabiskan hampir 100 kaleng susu kental manis untuk menyajikan martabak manis. Sudah 7 tahun berjualan, Purbadi bingung bila tidak bisa lagi menggunakan produk itu.
“Kalau memang disetop ya kebingungan. Secara kan memang sudah ciri khasnya martabak ini pakai susu,” kata Purbadi yang berdagang di Gondangdia, Jakarta Pusat, Kamis (5/7/2018).
Memang, kata Purbadi, ada alternatif lain selain susu kental manis, yakni madu. Namun, Purbadi khawatir pelanggan tidak akan suka. “Ya seumpama diberhentikan ya ribet. Customer-nya kasihan, biasanya pakai susu. Memang sih bisa pakai madu tapi kan customer-nya yang nggak suka karena enakan pake susu,” lanjutnya.
Hal senada disampaikan oleh pedagang martabak lainnya, Abdul (21). Menurutnya, ciri khas martabak manis akan hilang bila tak pakai susu kental manis.
“Ya nggak enak. Nggak manis karena ciri khasnya martabak itu pakai susu,” ujar Abdul.
Bukan hanya pedagang martabak, penjual jus juga kerepotan bila penjualan susu kental manis dihentikan sementara. Jus buah maupun es buah biasanya juga memakai susu kental manis.
“Masa nanti es buah pakai susu bubuk? Ya enakan pakai susu kental manis,” ujar penjual jus bernama Riana. (detik.com/SOE/VEM)