Seperti kata salah satu sabda Nabi Muhammad, di pentas politik jangan terlalu benci dan cinta. Bisa jadi sekali waktu benci berubah cinta atau suka. Atau sebaliknya, yang sebelumnya cinta dan suka berubah drastis menjadi benci.
Pesan indah Rasul makin terasa nilai kebenaranya jika dikaitkan dengan dunia politik. Bukankah ada jargon politik yang menegaskan bahwa tak ada kawan dan lawan yang abadi dalam politik. Yang abadi hanya kepentingan. Kawan bisa berubah jadi lawan ketika kepentingan berbeda, lawan bisa berubah menjadi kawan ketika memiliki kepentingan sama.
Jangan lupa, di pentas politik ada lagi sebuah kalimat bijak yang cukup menarik. “Di politik segala sesuatu tidak pernah “titik” tapi selalu koma. Ini artinya setegas dan sekaku apapun dalam bersikap di pentas politik, selalu ada kemungkinan berubah.
Di sinilah barangkali masyarakat Indonesia terutama para pendukung dan simpatisan memandang perubahan sikap Tuan Guru Bajang ketika berbalik siap mendukung Jokowi untuk dua periode. Tidak ada yang mengejutkan. Biasa saja terjadi perubahan sikap politik. Menjadi mengejutkan bagi sementara kalangan mungkin karena cara memandangnya terjebak sikap “lebay” alias berlebihan. Padahal ini dunia politik, yang malam masih kedelai pagi bisa berubah menjadi tempe.
Sikap TGB mendekati perubahan pandangan Gubernur Sumatra Barat Irwan Prayitno. Sayang, perubahan cara berpikir Irwan Prayitno yang merupakan kader PKS itu kurang tercover atau sengaja memang tidak diumbar besar-besaran. Padahal sikap Irwan Prayitno jauh lebih drastis perubahannya dibanding TGB.
TGB selama ini hanya dicalonkan sebagai presiden kalangan yang merasa lebih Islami. Antara lain karena TGB merupakan satu-satunya gubernur yang hafidz atau hafal Quran. Apalagi beliau sering aktif dengan komunitas yang mengklaim sebagai kekuatan pergerakan Islam. TGB masuk dalam daftar Calon Presiden dari Alummi 212.
Namun dalam sikap politik, TGB tergolong sangat lembut. Walau beliau pernah menjadi Ketua Tim Pemenangan Prabowo pada Pilres 2014 di Nusa Tenggara Barat (NTB) praktis hampir tidak pernah muncul komentar nyinyir kepada pemerintahan pimpinan Presiden Jokowi. Jadi, jika kemudian tiba-tiba berubah sikap politik memberikan dukungan kepada Presiden Jokowi, sebenarnya tidak luar biasa. Menjadi luar biasa barangkali ya itu tadi, karena memandang sikap TGB selama ini agak berlebihan. Lupa bahwa dunia politik selalu bisa berubah dan selalu membuka segala kemungkinan.
Sebenarnya jika ingin kaget –itupun jika lupa bahwa ini pentas politik- sikap Irwan Prayitno. Kader PKS ini dikenal sangat konfrontatif dengan Presiden Jokowi. Begitu kental sikap berbedanya sampai ada surat terbuka mengecam Irwan Prayitno yang dianggap melabrak fatsun dan bahkan norma politik. Sebagai Gubernur yang menurut UU Pemerintahan Daerah merupakan Wakil Pemerintah Pusat seharusnya Gubernur Irwan Prayitno memiliki cara pandang, paling tidak, mengikuti UU. Memiliki rasa hormat kepada Presiden.
Tapi itu beberapa waktu lalu, seperti TGB, Irwan Prayitno, walau tidak menegaskan mendukung Jokowi dua periode, memperlihatkan perubahan sikap sangat signifikan. Tulisan Irwan Prayitno di Harian Singgalang memperlihatkan kearifan dan kejujuran serta sikap obyektifnya dalam menilai kepemimpinan Presiden Jokowi. Irwan Prayitno akhirnya mengakui secara jujur betapa Presiden Jokowi memang sungguh-sungguh bekerja menyelesaikan berbagai persoalan di negeri ini.
Dua sikap kepala daerah yang belakangan berubah ini memberi gambaran dinamika berpikir dan sikap politik. Yang sebelumnya terbelenggu kepentingan berubah mengedepankan cara pandang akal sehat. Melihat segala sesuatu secara obyektif; tidak apriori, apalagi mengedepankan kebencian, menyebarkan fitnah dan hal buruk lainnya.
Intinya, dalam dunia politik segala sesuatu selalu mungkin. Karena itu tak perlu berlebihan dan berdarah-darah memandang perbedaan sikap politik. Yang perlu dan barangkali mendesak dimassalkan di tengah masyarakat negeri ini adalah kebiasaan berpikir jernih, bersikap semaksimal mungkin obyektif dalam memandang dinamika politik. Jadi, tidak gampang kaget, tidak gampang benci dan hal-hal lainnya. Begitu saja.