JAKARTA, koranmadura.com – Pernyataan Tommy Soeharto soal Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) di era Reformasi makin parah, ramai diperbincangkan. Selain itu, menurut Ketua Umum Partai Berkarya itu juga menyebut utang RI semakin besar. Benarkah demikian?
Baca: Tommy Soeharto
Lihat saja pengakuan Menkumham Yasonna Laoly. Selaku menteri, dia tidak bisa ‘melobi’ panitia agar ponakannya lulus jadi CPNS di kementeriannya.
“Keponakan saya saja kalah by system. Ini satu contoh terbaik reformasi birokrasi,” ujar Yasonna saat melakukan telekonferensi dengan Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM se-Indonesia, di kantornya pada 9 Oktober 2017 lalu.
Tak hanya keponakan menteri, anak Sekretaris Mahkamah Agung (MA), Achmad Setyo Pudjoharsoyo juga harus mengubur mimpinya menjadi hakim. Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan RB) Asman Abnur menyatakan penerimaan CPNS 2017 berjalan lancar.
“Bayangkan (rata-rata) cuman 4 persen yang lulus (dalam penerimaan di kementrian dan lembaga), jadi enggak gampang. Bahkan anak Sekretaris MA juga enggak lulus, jadi emang enggak gampang,” ucap Asman, menambahkan.
Sebelumnya, Tommy menyatakan KKN kini makin parah. Pernyataan Tommy ini membuat banyak pihak kaget dan mengkritik balik. “Reformasi janjikan KKN hilang, tapi nyatanya makin parah. Utang luar negeri semakin besar. Investasi asing pun semakin dimanja,” kata Tommy, kepada wartawan di Hotel Lorin, Sentul, Bogor, Jawa Barat, Minggu, 22 Juli 2018 kemarin. (DETIK.com/ROS/VEM)