Acara Indonesia Lawyers Club (ILC) di stasiun telivisi swasta menghadirkan Prof. Dr. Mahfud MD, sebagai pembicara (14/8). Mahfud MD dihadirkan pada acara itu untuk memberikan testimoni terkait kegagalannya menjadi Cawapres Presiden Jokowi, pada menit-menit menjelang pengumuman oleh Presiden Jokowi.
Dalam acara berdurasi cukup panjang itu terlihat kematangan Mahfud MD sebagai seorang politisi dan intelektual. Jika sebagian elite dan masyarakat menganggap tokoh kelahiran Madura itu di PHP Presiden Jokowi, dalam acara ILC Mahfud justru memaparkan dan menegaskan sebagai realitas politik. Hal yang biasa terjadi dalam dunia politik. “Saya tidak kecewa, cuma kaget,” katanya.
Dengan arif kemudian ditegaskan bahwa kepentingan negara tetap di atas segala-galanya. Jangan karena Mahfud dan Ma’ruf Amin lanjutnya, kehidupan bernegara terganggu. Ini merupakan dinamika politik yang biasa saja, yang bisa terjadi kepada siapapun.
Ekspresi Mahfud juga terlihat datar saja dan memperlihatkan kehati-hatian. Ia agaknya memahami bahwa lontaran pernyataannya akan berdampak luas dan sangat mungkin menimbulkan persepsi berbeda. Karena itu secara terbuka beliau mempersilahkan siapapun membantah pernyataannya.
Ketika Mahfud MD ditanya apakah sekarang masih bersama Jokowi? Dengan tegas Mahfud mengatakan masih bersama Jokowi paling tidak dalam hubungan kenegaraan karena diakuinya masih menjadi anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Idiologi Pancasila. Iapun memaparkan masih berhubungan baik dengan Presiden Jokowi.
Ia sempat menceritakan pengalaman pribadinya ketika usai Pilpres 2014 dianggap “terbuang” oleh sementara kalangan. Namun secara terbuka diceritakan bahwa dirinya pernah diminta Presiden Jokowi untuk menduduki jabatan sebagai Menko Polhukam. “Saya menolak karena merasa kurang beretika jika menerima. Sebab pada Pilpres 2014 saya menjadi Tim Kampanye Prabowo. Lagi pula saya tidak ikut berkeringat membantu perjuangan Jokowi menjadi Presiden. Masih banyak calon lain yang sudah berkeringat,” katanya, menceritakan ketika dihubungi Luhut Panjaitan.
Sempat pula, papar Mahfud, dihubungi untuk mengisi jabatan sebagai Jaksa Agung. Namun, seperti ketika diminta menjadi Menko Polhukam dirinya menolak dengan alasan sama. “Saya sempat mencalonkan Busro Muqoddas dan Bambang Widjoyanto,” katanya.
Diakhir testimoninya, yang menarik Mahfud justru memberikan apresiasi sangat luar biasa kepada Presiden Jokowi. Ini makin memperlihatkan bahwa tidak jadinya beliau mendampingi sebagai Cawapres Jokowi, disadari sepenuhnya bukan karena faktor Jokowi. Mahfud sekali lagi memperlihatkan kedewasaan dan kematangannya serta sikap obyektifnya.
Ia bahkan secara terbuka dalam kesempatan itu memberikan pujian kepada Presiden Jokowi. Pertama, papar Mahfud, orang tak akan menemukan korupsi pada sosok Presiden Jokowi. Anak-anak beliau berbisnis tidak memanfaatkan kekuasaan bapaknya.
Kedua, berdasarkan pengalaman bekerja sama diakuinya bahwa Presiden Jokowi sangat tegas dalam mengambil keputusan penting. Dari paparan Mahfud terlihat ketegasan Presiden Jokowi bahkan jauh mendahului pemikiran tim-tim yang diminta pendapatnya. Ketiga, Mahfud memuji sikap responsif cepat dari Presiden Jokowi.
“Ada seorang anak Madura dibegal, di kawasan Bekasi. Ia melawan sehingga pembegal terbunuh. Ironisnya aparat kepolisian justru menjadikannya tersangka. Saya langsung menghadap ke Presiden menyampaikan penjelasan bahwa dalam KUHP itu dibenarkan sebagai pembelaan. Pak Jokowi mengaku belum membacanya lalu mencatat informasi dari saya. Besoknya, anak itu tidak hanya dibebaskan bahkan mendapat penghargaan. Ini belum pernah terjadi yang menggambarkan respon cepat Presiden Jokowi,” kata Mahfud MD.
Mahfud dalam acara ILC malam itu benar-benar menjadi bintang. Tidak hanya karena topik terkait dirinya yang luar biasa tetapi yang jauh lebih menarik pameran moral dan sikap arif serta obyektifnya. Ia memberikan pelajaran tentang moral dan etika politik serta kemampuannya mengedepankan sikap rasional ketika memaparkan pujian kepada Presiden Jokowi. Seperti kata pepatah hanya orang baik yang tahu dan bisa menghargai kebaikan orang lain. Sebuah pelajaran dari salah satu putra terbaik Madura.