SAMPANG, koranmadira.com – Namanya Hartiningsih. Perempuan berusia 45 tahun itu tercatat sebagai warga Jalan Aji Gunung 1, Kelurahan Gunung Sekar, Kecamatam Sampang. Ia tinggal di rumahnya yang sudah nyaris ambruk. Kondisi seperti itu ia rasakan sudah sejak lima tahun lalu.
Pantauan koranmadura.com saat berkunjung ke kediamannya, atap rumah di tiga kamarnya terlihat bolong. Kayu-kayu atapnya juga sudah lapuk. Bagian kuda-kudanya harus diganjal benda untuk menahan beban genting yang mulai berjatuhan.
Di hadapan awak media, perempuan yang akrab disapa Ib Har itu mengaku, dirinya bertahan di rumah kelahirannya yang sudah reyot karena sudah tidak mempunyai tempat alternatif. Perempuan yang sudah dua kali gagal mempertahankan rumah tangganya itu sekarang harus berjuang seorang diri dengan hanya berjualan gorengan.
“M au pindah ke mana lagi? Saya sudah tidak punya tempat tinggal selain rumah ini. Saya punya dua saudara laki-laki, tapi semuanya sudah tiada dijemput ajal. Keponakan saya semuanya ada di Jawa,” tuturnya, Rabu, 8 Agustus 2018.
Ibu Har mengaku, saat berkeluarga pertama kali dirinya dikaruniai satu anak perempuan. “Anak saya bernama Maya. Dia sudah bekeluarga dengan orang Desa Gunung Maddah. Dulu sempat tinggal bersama di rumah ini, tapi sekarang ikut suaminya di Surabaya, itu pun ngekos,” tuturnya.
Lebih lanjut, dia menuturkan bahwa suami anaknya bekerja sebagai buruh supir swasta, sehingga hanya mampu menghidupi keluarganya sendiri. “Ditambah lagi sekarang sudah punya anak berusia 18 bulan yang disusui dengan susu formula. Jadi menantu saya tidak bisa berbuat banyak untuk membantu saya,” akunya.
Oleh sebab itu, ia berharap ada uluran tangan dari pemerintah setempat. Minimal untuk memperbaiki rumahnya supaya tidak sampai terjadi hal-hal tak diinginkan. Misalnya ambrup karena diterpa angin. “Dua hari yang lalu ada dari polisi ke sini memberi bantuan,” pungkasnya. MUHLIS/FAT/VEM