SUMENEP, koranmadura.com – Laga antara Madura FC kontra Persiba Balikpapan dalam lanjutan Liga 2 Indonesia, Sabtu lalu, 4 Agustus 2018, di Stadion Batakan, berakhir tanpa pemenang. Kedua tim bermain imbanh 1-1.
Baca: Madura FC Berhasil Bawa Pulang Poin dari Kandang Persiba
Hasil satu poin yang dapat dari kandang Beruang Madu, julukan Persiba, itu disyukuri oleh Madura FC. “Alhamdulillah, kami sudah menjalani laga tandang melawan Persiba Balikpapan dengan meraih satu poin,” ungkap manajer tim, Januar Herwanto, Senin, 6 Agustus 2018.
Meski begitu, laga tersebut menyisakan kenangan pahit bagi skuat Laskar Jokotole, julukan Madura FC. Januar mengaku prihatin dengan sejumlah insiden yang terjadi saat itu. Di antaranya, pelatih dan panpel diduga memukul salah seorang pemain Madura FC. “Penonton juga melempar botol ke bench kami. Kami memiliki bukti berupa gambar video,” ungkapnya.
Menurut dia, insiden seperti itu seharusnya tidak terjadi. Apalagi, Januar menilai Persiba Balikpapan adalah “senior” Madura FC dalam dunia persebakbolaan nasional karena sudah pernah merasakan kompetisi Liga 1.
“Kami yang belum genap berusia dua tahun sebenarnya ingin belajar banyak kepada Persiba. Namun, ternyata kami disuguhi tontonan tak menarik ketika berada di Stadion Batakan Balikpapan,” tambahnya.
Dia mengatakan, di atas segala rivalitas yang terjadi di dalam lapangan, sepak bola dimainkan sebetulnya juga untuk menjalin persahabatan. Karena itu, pihaknya akan terus berusaha mengingatkan diri sendiri, seluruh ofisial, tim pelatih, pemain, maupun suporter untuk tidak melakukan hal-hal yang tidak mengenakkan.
Januar mengaku menyadari, sebagai manusia biasa pihaknya juga bisa salah dan khilaf, bahkan sering emosi. Namun demikian, sambunya, emosi itu sangat tidak pantas diluapkan di dalam lapangan.
“Karena operator Liga 2 sudah membuat regulasi yang wajib ditaati oleh semua tim. Sehingga kalaupun merasa tidak puas dengan hasil pertandingan, ada jalur dan mekanismenya. Emosi boleh, namun jangan mengamuk,” tegasnya.
Selebihnya, dia menyampaikan, kalah dalam pertandingan memang menyakitkan, apalagi sampai terdegradasi. Tidak ada tim mana pun ingin terdegradasi. “Namun semangat untuk lolos dari jurang degradasi itu tidak boleh diluapkan dengan emosi. Apalagi sampai mempertontonkan tindakan tak bermartabat,” pungkasnya. (FATHOL ALIF/ROS/VEM)