JAKARTA, koranmadura.com – Calon wakil presiden pendamping cawapres Joko Widodo (Jokowi), KH Ma’ruf Amin komentari soal Ijtimak Ulama.
Kapitra Ampera, salah satu aktivis dalam aksi bela Islam yang kini berlabuh di PDIP mengakui bahwa Kiai Ma’ruf merupakan tokoh sentral dalam Aksi Bela Islam.
“Pak Ma’ruf Amin tidak bisa dilepaskan dari penguatan umat Islam. Dia menjadi figur sentral,” kata Kapitra Ampera kepada detikcom, Sabtu 11 Agustus 2018.
Kapitra menyebut Kiai Ma’ruf sebagai figur sentral lantaran Aksi Bela Islam yang bermetamorfosis menjadi aksi 212 itu tak lepas dari fatwa MUI terhadap Gubernur Jakarta terdahulu, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Saat itu MUI menilai bahwa Ahok menista agama. Kata Kapitra, Kiai Ma’ruf-lah pemimpin MUI yang menerbitkan Fatwa itu.
“Aksi 411 maupun 212 itu ada karena fatwa MUI dari Pak Ma’ruf Amin,” kata Kapitra.
Seperti diketahui, jelang Pilpres 2019, dinamika pun berubah. Partai-partai politik yang dulu mendukung aksi bela Islam mendukung Prabowo Subianto, namun Kiai Ma’ruf menjadi cawapres Jokowi.
Berdasarkan pengamatan Kapitra, partai-partai yang mendukung Aksi Bela Islam dirasa hanya hanya memanfaatkan sentimen umat Islam saja.
Ijtimak Ulama menghasilkan rekomendasi capres Prabowo dan cawapresnya adalah politisi senior PKS Salim Segaf Al Jufri atau Ustaz Abdul Somad. Ternyata Prabowo tidak mengambil cawapres hasil rekomendasi Ijtimak Ulama. Prabowo memilih Sandiaga Uno sebagai cawapresnya.
“Ini bukti bahwa mereka bukanlah orang yang membela umat Islam, bukan membela suara umat, tapi memanfaatkan aktivitas Aksi Bela Islam,” ujar Kapitra.
Namun Kapitra tak lantas mengajak aktivis GNPF Ulama hingga Persaudaraan Alumni 212 untuk mendukung Jokowi-Ma’ruf Amin. Dia hanya mempersilakan mereka untuk menentukan pilihannya.
“Silakan kawan-kawan aktivis GNPF dan 212 menentukan pilihannya,” ujar Kapitra yang dikenal sebagai pengacara Habib Rizieq Syihab ini.
Sebelumnya, Ma’ruf yang merupakan cawapres pendamping Joko Widodo itu bicara soal kelompok yang selalu menyebut dirinya sebagai pihak yang menghargai ulama. Namun, kata Ma’ruf, kelompok tersebut tak mendengarkan hasil Ijtimak Ulama.
“Ada belah sono ngomong ya menghargai ulama, menghargai ulama tapi hasil ijtimak ulamanya nggak didengerin, malah wakilnya bukan ulama,” ujar Ma’ruf di kantor PPP, Jalan Diponegoro, Jakarta, Jumat 10 Agustus 2018 kemarin.
Ketua Umum Persaudaraan Alumni 212 sekaligus Jurus Bicara FPI, Slamet Maarif, tak mau menanggapi perkataan Kapitra. “Nggak perlu ditanggapi,” ujar Slamet saat dihubungi terpisah oleh detikcom.
Menurut Ma’ruf, Jokowi sangat menghargai para ulama. “Saya anggap Pak Jokowi betul-betul dia menghargai ulama. Penunjukan saya, saya anggap itu penghargaan ulama,” kata dia.
Dia tak menyebut siapa kelompok yang dia sindir, meskipun rival Jokowi di Pilpres 2019 tentu saja Prabowo Subianto. (detik.com/SOE/VEM)