SUMENEP, koranmadura.com – Kebijakan Dinas Pendidikan Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur tentang rekomendasi ploting sekolah inovasi menuai protes. Kebijakan tersebut dinilai tidak profesional, dan terkesan tidak memerhatikan kualitas sekolahnya.
Informasi yang dihimpun media ini, sekolah yang mendapatkan rekomendasi ploting inovasi dari Disdik adalah Gugus 2 dan Gugus Talango, sementara sekolah di bawah naungan Kementerian Agama (Kemenag) Sumenep adalah KKM Tanjung. Dilihat dari segi kualitas, masih banyak sekolah yang lebih layak, namun terkesan diabaikan meski lokasinya berada di pinggiran kota.
Misalnya, SDN Pamolokan III yang memang menerapkan inovasi secara baik dengan konsep sekolah literasi. Bahkan, pada bulan April masuk lima besar tingkat Provinsi Jatim di bidang sekolah inovasi. Kala itu, diumumkan langsung oleh Gubernur Jatim Soekarwo.
“Saya tidak paham, mengapa ploting itu diberikan kepada Gugus II dan Gugus Talango. Rekomendasi itu sudah dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan (Disdik) Sumenep,” kata Kepala SDN III Pamolokan Masrur Abadi.
Saar ini kata dia, sekolahnya menerapkan inovasi lewat sekolah literasi. Yakni, membiasakan anak membaca diluar kegiatan belajar mengajar (KBM) atau non teks. Bahkan, bisa dibilang sudah menjadi rujukan bagi banyak sekolah di luar Sumenep.
“Awalnya sekolah kami kumuh dan tidak begitu diminati. Sekarang siswanya sudah lumayan banyak dan juga kreatifitas lewat sekolah literasi. Banyak sekolah di Pamekasan yang datang studi banding ke sini dan wilayah lainnya,” ungkapnya.
Pihaknya mengaku terkejut dengan adanya ploting sekolah inovasi yang tidak memasukkan sekolahnya. “Ya gak apa-apa. Mungkin karena tidak dekat atau kurang royal dengan disdik. Sebab, setiap program kami jalankan sepenuhnya,” kata pria yang juga menjabat sebagai Sekretaris PGRI Sumenep.
Sayangnya Kadisdik Sumenep H Shadik belum bisa dimintai keterangan. Saat dihubungi melalui sambungan telepon selularnya tidak aktif. (JUNAIDI/SOE/VEM)