BAGHDAD, koranmadura.com – Sejak empat tahun lalu, tepatnya tahun 2014 Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) menyerbu Gunung Sinjar di Irak dan nyaris 7 ribu warga Yazidi diculik lalu dijadikan petarung serta budak seks.
Untuk diketahui, Yazidi merupakan etnis minoritas kuno di Irak bagian utara yang sejak lama menjadi korban persekusi. Dicatat oleh The Independent, bahwa Yazidi setidaknya sudah melewati 72 genosida sepanjang keberadaannya di Irak. Gunung Sinjar menjadi rumah bagi 400 ribu etnis minoritas ini.
Tanah leluhur Yazidi berbatasan dengan Suriah dan agama mereka menggabungkan aspek-aspek Islam, Kristen dan Yudaisme, di antara agama-agama lain. Kelompok minoritas ini dijuluki ‘penyembah iblis’ dan musyrik oleh ISIS.
Dalam serbuan pada 3 Agustus 2014, ISIS membantai banyak warga Yazidi. Ribuan orang berusaha mengungsi ke puncak gunung Sinjar, namun sayangnya tidak sedikit yang gagal mengungsi dan harus dibunuh di rumah-rumah mereka atau diculik.
Laporan jurnal Public Library of Science (PLos) yang dirilis tahun 2017, seperti dikutip Reuters menyebut, sekitar 3.100 warga Yazidi dibunuh, dengan separuh di antaranya ditembak mati, dipenggal atau dibakar hidup-hidup. Sedangkan 6.800 warga lainnya diculik untuk dijadikan budak seks atau petempur ISIS.
Hingga kini, seperti dilansir Reuters dan media lokal Kurdi, NRT, Sabtu, 4 Agustus 2018, dilaporkan bahwa 3.146 warga Yazidi masih dalam penyekapan ISIS. Jumlah itu terdiri atas 1.465 wanita dan 1.685 pria. NRT mengutip pernyataan pejabat Pemerintah Kawasan Kurdistan dalam laporannya.
Pemerintah Kawasan Kurdistan yang menguasai kawasan Sinjar melaporkan, hingga akhir Mei lalu, sedikitnya 3.275 warga Yazidi yang terdiri atas 2.083 wanita dan anak perempuan dan 1.292 pria, berhasil diselamatkan dari ISIS. Misi penyelamatan tidak mudah karena tidak mendapat bantuan pemerintah Irak.
Menurut Koordinator Advokasi Internasional pada Pemerintah Kawasan Kurdistan, Dindar Zebrai, pihaknya mencatat sekitar 3.548 wanita Yazidi, dari 6.417 warga Yazidi yang diculik, telah dijadikan budak seks atau menjadi korban pemerkosaan oleh ISIS.
Beberapa wanita Yazidi yang selamat dari ISIS usai menjadi budak seks banyak mengungkapkan kisah mereka ke publik. Salah satunya Berivan Halo yang pernah menjadi budak seks ISIS selama 25 bulan. Berivan berusia 24 tahun dan sedang hamil saat diculik ISIS tahun 2014. Berivan menyebut dirinya beruntung karena berhasil kabur usai menjadi budak seks, dipukuli dan diperkosa berulang kali oleh ISIS.
Sejak Mei lalu, Berivan tinggal di New South Wales, Australia setelah terbebas dari ISIS. Meskipun bebas dari siksaan ISIS, dia mengaku khawatir atas mereka yang masih hilang, terutama para wanita Yazidi. “Seorang gadis mungkin diperkosa 10 kali sehari oleh laki-laki yang berbeda, saya sudah melalui semua itu, tidak ada yang tidak mereka lakukan pada kami,” katanya seperti dilansir ABC Australia Plus.
Salah satu mantan budak seks ISIS lainnya, Nadia, yang kini tinggal di Kanada sempat ikut rally di alun-alun Yonge-Dundas pada 3 Agustus kemarin, untuk memperingati serbuan ISIS terhadap kaum Yazidi. Nadia yang tidak memakai nama aslinya ini, ikut mengungkapkan kisahnya di panggung.
Dilansir media Kanada, The Post Millenial, Nadia menceritakan pengalaman pahit sebagai budak ISIS selama 2,5 tahun dan soal keluarganya yang masih disekap ISIS. Dia meminta bantuan pemerintah Kanada dan dunia internasional untuk menyelamatkan keluarganya. Dengan tegar, Nadia menceritakan kisahnya sembari menahan tangis, namun saat turun panggung, dia tiba-tiba jatuh pingsan.
Secara terpisah, Debbie Rose selaku Direktur Eksekutif Mozuud RSVP yang membantu pengungsi Yazidi di Kanada menyebut, kebanyakan pengungsi Yadizi mengalami trauma parah dan gangguan mental Posttraumatic stress disorder (PTSD). Meski beberapa telah hidup tenang di Kanada, namun sehari-hari kehidupan mereka masih dibayangi militan ISIS yang pernah menyekap mereka. (DETIK.com/ROS/DIK)