MAKKAH, koranmadura.com – Selama 9 hari di puncak haji, bus shalawat berhenti beroperasi melayani jemaah haji Indonesia. Jemaah yang hendak salat di Masjidil Haram pun dipersilakan memilih sendiri angkutan yang akan digunakan.
Bus shalawat merupakan moda transportasi ‘primadona’ bagi jemaah haji Indonesia. Bus yang melayani 12 rute secara cuma-cuma ini merupakan tumpuan jemaah untuk mengantar ke Masjidil Haram menunaikan salat. Bus ini disediakan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) khusus untuk jemaah haji Indonesia.
Namun, sesuai hasil rapat yang disampaikan Bidang Transportasi PPIH Arab Saudi 1439 H / 2018 M, akhir masa operasi angkutan bus salawat adalah H-3 sebelum fase Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armuzna). “Benar, mulai tanggal 5 Dzulhijjah (16 Agustus 2018) sebelum zuhur layanan bus salawat akan dihentikan,” ujar Kabid Transportasi, Subhan Cholid, di Syisyah, Mekah, Senin, 13 Agustus 2018.
Subhan menambahkan, layanan bus akan dimulai lagi pada tanggal 14 Dzulhijjah atau 25 Agustus 2018. Subhan mempersilakan bagi jemaah yang hendak salat di Masjidil Haram untuk memilih sendiri angkutan yang digunakan. “Tentu dengan biaya sendiri,” imbuhnya.
Pada tanggal 6 dan 7 Dzulhijjah atau 17-18 Agustus 2018, lanjut Subhan, seluruh bus ditarik untuk pengaturan dan pembagian layanan di Armina. “Semoga jemaah dapat memakluminya,” pungkas Subhan.
Namun, pihaknya juga mengingatkan agar waktu 2-3 hari sebelum wukuf tersebut digunakan untuk konsentrasi persiapan pelaksanaan puncak haji. Untuk diketahui wukuf di Arafah akan dilaksanakan pada 20 Agustus mendatang. “Manfaatkan waktu dua-tiga hari untuk persiapan fase Armina agar secara fisik dalam kondisi fit,” pesannya. (DETIK.com/ROS/VEM)