PAMEKASAN, koranmadura.com – Beberpa waktu lalu, dilakukan imunisasi Rubella. Kegiatan itu digelar secara serentak di seluruh Indonesia dengan sasaran pelajar, terutama tingkat taman kanak-kanak dan sekolah tingkat dasar.
Sebenarnya apa itu Rubella? Kepala Dinas Kesehatan Pamekasan, Ismail Bay, menjelaskan, Rubella atau dikenal juga dengan nama Campak Jerman adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus Rubella dan dapat menyebar dengan sangat mudah.
Virus ini menular lewat udara dan biasanya menginfeksi tubuh melalui pernapasan seperti hidung dan tenggorokan. Pada umumnya menyerang anak-anak dan remaja. Rubella sering terjadi pada anak yang belum mendapat vaksin campak, gondok, dan rubella.
“Virus ini juga dapat ditularkan dari orang ke orang melalui kontak dengan cairan dari hidung dan tenggorokan penderita rubella,” jelasnya.
Seseorang, kata dia, dapat menularkan virus ke orang lain seminggu sebelum ruam kulit muncul, hingga 1 minggu setelah ruam sembuh. Wanita hamil dapat menularkan Rubella pada bayinya lewat aliran darah.
Berbagi makanan atau minuman dengan penderita juga dapat menularkan Rubella. Sama halnya jika Anda menyentuh mata, hidung, atau mulut Anda setelah memegang benda yang terkontaminasi virus Rubella.
Jika ibu hamil terserang Rubella, terutama sebelum usia kehamilan lima bulan, Rubella berpotensi tinggi menyebabkan Sindrom Rubella Kongenital atau bahkan kematian bayi dalam kandungan. Sindrom Rubella Kongenital dapat menyebabkan cacat lahir pada bayi.
Beberapa dampaknya pada bayi adalah tuli, katarak, penyakit jantung kongenital, kerusakan otak, organ hati, paru-paru, diabetes tipe 1, hipertiroidisme, hipotiroidisme, serta pembengkakan otak juga dapat berkembang pada anak yang terlahir dengan sindrom ini.
Penderita Rubella pada anak-anak cenderung mengalami gejala-gejala yang lebih ringan daripada penderita dewasa. Tetapi ada juga penderita Rubella yang tidak mengalami gejala apa pun dan tetap dapat menularkan Rubella.
Penyakit ini umumnya membutuhkan waktu sekitar 14-21 hari sejak terjadi pajanan sampai menimbulkan gejala. Gejala-gejalanya antara lain, pembengkakan pada kelenjar getah bening, demam diatas 38 derajat celsius serta mata terasa nyeri.
“Lalu, dilanjutkan dengan munculnya bintik-bintik merah di seluruh tubuh dan kulit terasa kering. Sakit pada persendian dan terkadang disertai dengan pilek,” urainya.
Proses Diagnosis Rubella terhadap gejala-gejala tersebut dibutuhkan guna memastikan diagnosis. Dokter biasanya mengambil sampel air liur atau darah untuk diperiksa di laboratorium. Tes tersebut digunakan untuk mendeteksi keberadaan antibodi Rubella.
Pemeriksaan Rubella juga bisa dimasukkan dalam tes prenatal untuk ibu hamil, khususnya untuk yang berisiko tinggi. Pemeriksaan ini dilakukan melalui tes darah. Jika ibu hamil didiagnosis mengidap Rubella, pemeriksaan lanjutan yang mungkin dianjurkan adalah USG dan amniosentesis.
Amniosentesis adalah prosedur pengambilan dan analisis sampel cairan ketuban untuk mendeteksi kelainan pada janin. Langkah penanganan Rubella tidak membutuhkan penanganan medis khusus dari dokter. “Penanganan dapat dilakukan di rumah dengan langkah-langkah sederhana. Tujuannya adalah untuk meringankan gejala dan bukan mempercepat penyembuhan rubella,” kata Ismail.
Meskipun termasuk penyakit berbahaya, namun bukan berarti tidak ada langkah untuk menghindarinya selain imunisasi. Yang pasti, menjaga stamina tubuh agar tetap sehat, sangat dibutuhkan.
Beberapa langkah sederhana yang dapat dilakukan, jelas Ismail, di antaranya beristirahat secukup mungkin, dan minum air putih yang cukup untuk mencegah dehidrasi. Jika memungkinkan, dilakukan imunisasi dengan vaksin Rubella. Itu dilakukan terhadap anak berusia 12-15 bulan, dosis kedua diberikan pada usia 4-6 tahun.
Jika sudah ada tetangga, teman atau keluarga yang dinyatakan positif Rubella, hindari kontak dengan mereka sebisa mungkin, khususnya ibu hamil yang belum menerima vaksin MMR dan orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah. Pindahkan penderita ke ruangan terpisah yang jauh dari anggota keluarga. Selain itu, biasakan menjaga kebersihan diri, misalnya dengan selalu mencuci tangan sebelum makan, setelah bepergian, atau jika terjadi kontak dengan penderita.
Bagi wanita yang merencanakan kehamilan, dianjurkan memeriksakan diri melalui tes darah. Jika hasil tes menunjukkan bahwa seorang wanita belum memiliki kekebalan terhadap Rubella, dokter akan menganjurkannya untuk menerima vaksin MMR. (G.MUJTABA/FAT/DIK)