SUMENEP, koranmadura.com- Ikatan Alumni Annuqayah (IAA) Cabang Dungkek, Sumenep, Madura, Jawa Timur mengadakan ajian rutin dua bulanan bersama Pengasuh Annuqayah Guluk-guluk. Kitabny a adalah Hadis Arbain Al-Nawawi yang diampu langsung olek K. Halimi Ishom.
Pada pertemuan ke VIII dilaksanakan pada Jumat, 7 September 2018. Ajian yang dimulai pada jam 14.00 WIB itu diikuti oleh seluruh alumni Annuqayah yang ada di Kecamatan Dungkek.
Dalam hadis ke VIII ini dijelaskan bahwa Nabi Muhammad memang diperintahkan untuk memerangi orang-orang yang tidak mau membaca dua kalimat sahadat, melaksanakan salat, dan membayar zakat (orang-orang kafir/ musyrik, red.).
Akan tetapi, seperti yang dijelaskan oleh Kiai Halimi, tidak semua orang kafir itu harus kita perangi, karena kafir itu ada dua: harbi dan dzimmi. Yang wajib kita perangi hanya kafir harbi, sedangkan kafir dzimmi justru sebaliknya: harus kita lindungi, seperti yang ada di Indonesia ini.
Dalam keterangan selanjutnya, kiai Halimi mengupas tuntas soal perihal hadis ke VIII ini. Menurut salah satu putra Alm Kiai Ishomuddin As ini, selama orang-orang kafir tidak membuat onar dan kerusakan di Bumi Nusantara, maka kerukunan dan toleransi harus kita jaga, apalagi hidup di Negara yang berasaskan Pancasila.
Hal tersebut, menurut Kiai Halimi sudah menjadi kesepakatan dan ketetapan ulama se-Nusantara, maka kita sebagai generasi ulama harus menjaga segala hal yang telah diwariskan oleh para ulama terdahulu, yaitu menjaga Pancasila, keutuhan NKRI, dan persatuan Indonesia.
Selain itu, corak atau cara berislam yang diterapkan di Nusantara ini juga merupakan warisan dari mufakat ulama terdahulu. Islam Nusantara merupakan ciri khas Islam Indonesia yang berisikan nilai-nilai, yang kemungkinan besar tidak dimiliki oleh negara-negara lain. Seperti haul, istightasah, maulid, tawasul, Kompolan, dan sebagainya.
Islam Nusantara merupakan solusi terbaik dalam menjaga kerukunan dan persatuan suatu bangsa yang terdiri dari berbagai penganut agama. Islam Nusantara mempunyai nilai yang sangat tinggi, yaitu toleransi. Sehingga dengan adanya toleransi ini kita bisa membina hubungan yang baik dan menjalin komunikasi bahkan kita bisa gotong-royong dengan non-muslim. Kita tahu bahwa negara-negara yang 100% Islam tak henti-hentinya terjadi perang dan pertikaian. Mereka menghirup udara di ujung senapan dan senjata.
Hadis ke 9 Hadis Arbain akan dikupas pada pertemuan selanjutnya, 24 Oktober 2018. Silakan terus ikuti di koranmadura.com. (F/SOE/VEM)