PAMEKASAN, koranmadura.com – Salah satu aktivis Gerakan Mahasiswa Pasca Reformasi (GEMPAR), Syaiful Petuah tiba-tiba dikejutkan oleh surat yang dikirim oleh pihak Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Madura, Jawa Timur ke rumahnya. Surat itu tidak ditujukan kepadanya, melainkan kepada orang tuanya.
Surat dengan Nomor: B1590/In.38/PP.00.07/08/2018 itu akhirnya diupload oleh Syaiful Petuah di akun Facebook miliknya, Sabtu, 1 September 2018. Surat yang dikirim pada 31 Agustus 2018 itu dengan jelas tertulis “Surat Pemangilan Orang Tua”. Dan orang tua Syaiful diminta untuk datang ke kampus IAIN pada Senin, 3 September 2018 mendatang.
Syaiful Petuah pun menduga bahwa pemanggilan orang tuanya itu berkaitan dengan demo Gempar beberapa waktu lalu. “Pagi-pagi sudah ada tamu dari pihak kampus ke kediaman dengan membawa selembar amplop yang berisi surat panggilan orang tua.
Ini maksudnya apa??
Apa karena saya demo??
Entahlah….!!!
saya hanya bisa mengeluskan dada dan buat saya tersenyum sambil ketawa..,” tulis Syaiful di akun Facebooknya.
Setelah itu, postingan Syaiful banjir tanggapan. Bahkan selama tiga jam sudah mengundang 76 komentar dengan 112 menyukai. Sampai berita ini ditulis, komentar demi komentar terus berlangsung.
Salah satu akun bernama Ahmad Rofiq misalnya meminta Syaiful Petuah agar tetap berjuang di jalan yang benar. “lanjutkan jangan pantang menyerah, selama km bisa lakukan demi perbuhan kampus kita, dari para mafia,” tulis menanggapi
Selain akun Ahmad Rofiq, akun Mohammad Rahim meminta agar Syaiful Petuah tidak takut. “Jangan Pernah Takut Melawan Rezim Yang Dholim, Porkelap Toronah Kiyah lek Syaiful Petuah kalo terjadi yang namanya skorsing apalagi sampai di DO, Sekali Bendera di Kibarkan Hentikan Ratapan Dan Tangisan, Mundur Satu Langkah Adalah Bentuk Penghianatan,” kata Rahim saat berkomentar
Sementara akun Mohammad Harisuddin Mashudi sedikit bijak menanggapinya. “Siapa yang menanam dia yang memetiknya. Hadapi dengan jiwa ber tanggung jawab,” tulis Mohammad Harisuddin.
Akun bernama Hakikat Kehidupan juga ikut memberikan komentar. Katanya, kebenaran memang sulit diperjuangkan. “Akademisi maju terus bila kau benar, kebenaran memang sulit tuk diperjuangkan,” tulisnya.
Sutrisno pun meminta Syaiful tidak pantang menyerah. Sebab kata Sutrisno, dirinya pernah diskorsing gara-gara rajin mendemo kampusnya. “Saya sudah sering seperti itu bahkan pernah d skorsing oleh kampus yg tdk bernuansa akademik. Namun semua itu adalah tantangan n konsekuensi gerakan. Yg penting berikan pemahaman kpd orag tuamu bahwa mahasiswa memang harus melawan ketidak adilan,” tulis Sutrisno.
Sebelumnya, puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Gerakan Mahasiswa Pasca Reformasi (GEMPAR) menggelar aksi demonstrasi di kampus Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Madura, Jawa Timur, Kamis, 30 Agustus 2018.
Mereka menuntut pimpinan kampus (Rektorat) untuk memberikan penjeasan terkait adanya praktik pungutan liar (pungli) yang dilakukan kepada mahasiswa baru (Maba) pada masa pengenalan budaya akademik kampus (PBAK) tahun 2018. Saat itu, Syaiful Petuah adalah Koorlap Aksi. (SOE/VEM)