JAKARTA, koranmadura.com – Memasuki bulan September ini, warga di Makassar, Sulsel, ramai-ramai berburu emas. Berdasarkan tradisi masyarakat Sulsel, Bulan September yang bertepatan dengan bulan Muharram ini merupakan waktu yang pas untuk menikah.
Hal ini terlihat di pusat penjualan emas di Jalan Somba Opu, Makassar, Sulsel, Senin, 24 September 2018. Di jalan ini, ramai berderet toko-toko emas dan bahan logam mulai lainnya. Salah seorang pengunjung, Musdalifau (58), hendak berbelanja beberapa gram emas.
“Saya mau beli emas beberapa gram. Tapi lihat-lihat dulu yang menarik. Bulan ini banyak pembeli emas karena musim kawin di sini. Rata rata pembelian emasnya mulai 1 sampai 5 gram,” kata Musdalifa warga Kabupaten Bone, Sulsel ini.
Dia datang bersama dengan anaknya dan sedang melihat-lihat emas yang berada di sebuah toko emas, bernama Toko Logam Mulia. Musdalifah mengatakan niatnya berbelanja wmas bukan karena keinginan untuk berinvestasi. “Ini bukan buat investasi tapi karena memang anak saya akan menikah 2 minggu lagi. Jadi cari emas di sini,” ungkapnya.
Hal ini juga dibenarkan salah seorang pegawai toko emas, Haeriah. Menurutnya, maraknya penjualan emas pada satu bulan terakhir bukan karena imbas naiknya harga Dollar, tetapi karena musim nikah yang saat ini ada di Sulsel. Dikatakannya, pembelian emas pun tidak sampai dalam jumlah besar. Rata-rata warga akan membeli emas dengan berat 1 gram sampai 5 gram.
“Jadi sebenarnya investasi emas untuk kalangan masyarakat bawah dan menengah tidak terlalu banyak dilirik saat ini. Penjualan emas akan meningkat saat jelang hari raya atau musim kawin seperti sekarang,” ujarnya.
Untuk harga, rata-rata emas pergramnya dibanderol harga Rp 630 ribu sampai Rp 650 ribu. Hal senada dikatakan oleh pedagang emas lainnya, Nurdin T Kilo. Dia telah berdagang emas di kawasan ini selama 30 tahun. Menurutnya, investasi emas dalam bentuk batangan murni jarang terjadi di kawasan itu. Jika pun ada terjadi transaksi, maka biasa dilakukan oleh orang-orang kaya.
“Kalau dibilang investasi kan tergantung perekonomian seseorang. Sekarang mana ada PNS berani beli emas di atas 5 gram. Yang ramai emang orang berbelanja emas sekarang karena banyak nikahan,” kata Nurdin.
Hal ini berbeda dengan kondisi sekitar tahun 80-an di mana PNS dan warga berani membeli emas dalam jumlah yang sangat banyak. “Ini juga karena emas lambang status. Kalau orang dulu banyak emas di pasang di badannya untuk kasih lihat orang dia orang berada dan bangsawan,” ucapnya. (DETIK.com/ROS/VEM)