KORANMADURA.com – Dewasa ini, budaya santun sepertinya menjadi barang langka. Buktinya, kerap kali kita lihat ada orang mengumpat di media sosial. Bahkan tak jarang komentar-komentar nyinyir dilontarkan tanpa memperdulikan susila.
Sejatinya tidak apa-apa meski memberikan pendapat atau komentar. Karena itu adalah hak setiap orang. Namun bukan berarti kita serta merta berkomentar tanpa dasar. Karena nyinyir dengan melontarkan komentar negatif bisa amat menyakiti.
Ironisnya, sedikit-sedikit membully tanpa melihat persoalan dengan jernih. Kok bisa ya?
Seperti dilansir dari Liputan6, seorang psikolog klinis Dr. M. M. Nilam Widyarini, M.Si, beranggapan bahwa ada beberapa hal yang menyebabkan seseorang menjadi sering menindas, mencibir, menghujat, dan melecehkan orang lain di dunia maya.
Pertama, mereka melakukannya demi target tertentu, misalnya untuk mendukung kepentingan kelompok (politik, agama, dan lainnya). Kedua, nyinyir karena perasaan emosi marah terhadap orang atau situasi yang ada, yang kemudian dilampiaskannya melalui media sosial.
Tidak hanya itu, beberapa orang melakukan tindakan cyber bullying dengan cara nyinyir juga bisa didorong oleh pengalaman masa lalu, di mana ia pernah menjadi salah satu korban kekerasan. Mereka menyimpan rasa amarah ketika menjadi korban dan melampiaskannya dengan cara melakukan bullying pada orang lain.
Berkomentar atau nyinyir di media sosial mungkin memang merupakan hal yang sering dilakukan. Namun, Nilam menegaskan jika kondisi ini juga bisa digolongkan sebagai kelainan mental apabila seseorang melakukannya di luar kontrol kesadaran, kemudian dibarengi dengan delusi dan halusinasi.
Lantas, selain memberi komentar negatif, kebiasaan apa lagi sih yang sering dilakukan oleh orang nyinyir? Berikut di antaranya:
1. Menilai orang lain hanya berdasar postingan di media sosialnya
Mengomentari orang lain dari postingan foto atau videonya di media sosial rasanya sudah menjadi hal yang sangat mudah dan mengasyikkan bagi beberapa orang saat ini. Parahnya, tidak sedikit orang yang berkomentar hanya untuk menghakimi. Padahal, kita tidak tahu apa yang sudah dilalui dan apa yang melatarbelakangi seseorang saat mengunggah postingan tersebut.
Nah, jika Kamu enggak mau dicap nyinyir, coba deh lebih dewasa dalam membuka pikiranmu. Posisikan dirimu di sudut pandang yang berbeda, sehingga Kamu tidak langsung dengan mudah menghakimi seseorang.
2. Merasa selalu paling benar
Setiap orang berbeda-beda, termasuk sifat dan perilakunya. Namun, bukan berarti jika mereka berbeda dengan Kamu, itu artinya mereka salah dan Kamu yang benar. Ingatlah bahwa Kamu tidak punya hak untuk menyalahkan orang atas perbedaan yang dimilikinya. Cobalah untuk membuka pikiranmu dan menerima perbedaan.
3. Selalu merasa iri dengan pencapaian orang lain.
Iri merupakan sifat dasar setiap manusia, namun seringkali kita tidak mau mengakuinya. Meski begitu, tanpa disadari kita sering merasa tidak suka atas pencapaian yang lebih dari orang lain. Alhasil, alih-alih menutupi perasaan iri yang dialami, kita jadi mencari-cari kesalahan orang lain hanya untuk menjelaskan bahwa seharusnya dia tidak berhak seberhasil itu. Inilah yang akhirnya mengubah kita menjadi sering nyinyir dan terkesan tidak suka pada orang yang lebih sukses dari pada kita.
Nah, daripada sibuk nyinyir dengan keberhasilan orang lain dan terus membicarakan kejelekannya, kenapa tidak kita coba untuk memperbaiki diri? Jangan malu untuk mempelajari dan mengambil hal positif yang dimiliki orang tersebut sehingga bisa membuatnya sukses.
4. Suka ikut campur dengan urusan orang lain
Setiap orang memiliki privasinya masing-masing, dan bukan hakmu untuk selalu mencampuri privasi mereka. Tidak perlu Kamu mengurusi kenapa si A belum menikah, atau kenapa si B sudah bercerai. Hal-hal tersebut sama sekali bukan urusanmu dan tak ada pengaruhnya dalam hidupmu. Daripada mengurusi hidup orang lain yang sama sekali tidak ada kaitannya denganmu, lebih baik fokus mengurus kehidupanmu sendiri dulu.
5. Sering mengada-ada cerita
Menceritakan suatu hal yang kita ketahui kepada orang lain memang mengasyikkan. Namun, bukan berarti Kamu bisa menambah atau ‘membumbui’ suatu cerita yang belum tentu Kamu tahu kebenarannya. Jika memang kebenarannya belum dapat dipastikan, lebih baik Kamu diam daripada jatuhnya menebar berita hoax.
6. Tidak bisa membaca situasi
Kebiasaan ini nih yang seringkali bikin seseorang jadi salah paham. Mungkin Kamu niatnya baik untuk memberikan komentar, namun ketidakpekaanmu pada situasi membuat seseorang menganggap Kamu nyinyir. Nah, kalau masalahnya seperti ini, lebih baik Kamu coba tahan diri saja dan coba pahami karakter seseorang sebelum memberi komentar.
Berkomentar, baik secara langsung ataupun melalui media sosial sih sah-sah saja. Namun, pastikan jika komentar yang Kamu lontarkan tidak nyinyir dan menyakiti perasaan orang lain. Mari stop nyinyir, biar pikiran kalian sehat walafiat. (Guesehat.com/SOE/VEM)