PAMEKASAN, koranmadura.com – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pamekasan, Madura, Jawa Timur, memprediksi kalau musim kemarau akan berakhir pada bulan September.
Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Pamekasan, Budi menjelaskan bahwa berdasarkan analisa BMKG, pergeseran musim hujan dipengaruhi oleh fenomena El Nino di Indonesia. Sehingga sangat tergantung dengan kondisi perairan di wilayah Indonesia.
Menurutnya, fenomena El Nino yang berpengaruh di wilayah Indonesia dengan diikuti berkurangnya curah hujan secara drastis, baru akan terjadi bila kondisi suhu perairan Indonesia cukup dingin.
“Kondisi hujan ini akan merata bulan November,” jelas Budi, Kamis, 20 September 2018.
Selain itu, kata Budi, pegeseran cuaca juga ditentukan oleh Dipole Mode, yaitu fenomena interaksi laut (atmosfer) di Samudera Hindia yang dihitung berdasarkan perbedaan nilai (selisih) antara anomali suhu muka laut perairan pantai timur Afrika dengan perairan di sebelah barat Sumatera.
Sementara sirkulasi angin di Indonesia ditentukan oleh pola perbedaan tekanan udara di Australia dan Asia serta Daerah Pertemuan Angin Antar Tropis (Inter Tropical Convergence Zone/ITCZ).
“ITCZ merupakan daerah tekanan rendah yang memanjang dari barat ke timur dengan posisi selalu berubah mengikuti pergerakan posisi matahari ke arah utara dan selatan khatulistiwa,” Imbuhnya.
Terakhir itu, Suhu permukaan laut di wilayah perairan Indonesia kondisi suhu permukaan laut di wilayah perairan Indonesia dapat digunakan sebagai salah satu indikator banyak sedikitnya kandungan uap air di atmosfer, dan erat kaitannya dengan proses pembentukan awan di atas wilayah Indonesia.
“Dapat disimpulkan bahwa sifat hujan selama musim hujan 2018/2019 diprakirakan umumnya normal selain itu. Jumlah curah hujan selama musim hujan berkisar antara 1001 – 1500 mm, Hanya sebagian kecil Zona Musim (ZOM) mengalami curah hujan antara 2001-2500mm,” jelasnya. (SUDUR/SOE/DIK)