SAMPANG, koranmadura.com – Atribut yang diduga identik dengan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) mulai beredar luas di Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur.
Ikatan Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (IKA PMII) setempat meminta polisi tidak cuek terhadap ormas terlarang tersebut.
Koordinator Departemen Pelayanan Sosial dan Pengembangan Masyarakat IKA PMII Sampang, Ahmad Mahrus Alie menyampaikan bahwa baru-baru ini, peredaran atribut organisasi terlarang seperti HTI muncul di Kecamatan Tambelangan.
Namun oleh polisi tidak dilakukan penindakan. Padahal jika mengacu pada Peraturan Pemerintah Pengganti UU No 2 Tahun 2017 tentang Perpu Ormas atas perubahan UU No. 17 Tahun 2013 tentang Keormasan, aparat keamanan bisa melakukan penertiban maupun pembubaran bagi siapa saja yang menyebarkan bendera HTI tersebut.
“Nyatanya, polisi malah tampak membiarkannya. Padahal penggunaan simbol atau lambang yang identik dengan HTI sebagai organisasi terlarang jelas-jelas. Seperti layakanya peredaran simbol palu arit karena identik dengan organisasi komunis. Sehingga apabila ada orang yang nekat menyebarkan, maka dipastikan orang itu akan diamanakan. ,” tuturnya, Rabu, 31 Oktober 2018.
Ditambahkan Wakil Ketua IKA PMII Sampang, Faisal Ramdhani mengatakan, pihaknya mempertanyakan ketegasan pihak polisi dalam merespon aksi-aksi yang mengibarkan bendera yang identik dengan HTI. Sebab pembiaran tersebut diakuinya akan menimbulkan spekulasi yang kurang baik di kalangaan masyarakat terhadap netralitas dan profesionalitas institusi Polri.
“Maka dari itu, kami meminta klarifikasi dan ketegasan sikap polisi Sampang dalam merespon aksi dan kegiatan beratribut identik dengan HTI sebagai ormas yang telah resmi dan sah ditetapkan sebagai organisasi terlarang di Indonesia,” tegasnya.
Menanggapi hal tersebut, Kapolres Sampang, AKBP Budi Wardiman melalui Kapolsek Tambelangan, Iptu Moh Mohni membenarkan bahwa di wilayahnya terdapat aksi solidaritas dengan atribut kalimat tauhid. Namun pihaknya membantah jika dalam aksi itu terdapat peredaran bendera identik HTI.
Menurutnya Mohni, aksi tersebut hanya sebatas aksi solidaritas sambil orasi yang dilakukan dengan jalan kaki dari Pasar Tambelangan menuju ke kantor Kecamatan.
“Iya memang tadi ada aksi solidaritas yang diikuti oleh kurang lebih 250 orang dengan jalan kaki. Tapi soal adanya bendera HTI itu tidak ada, kalau ada itu bohong, cuma bendera beratribut kalimat tauhid saja. Karena saya pantau langsung kegiatan aksi itu,” tuturnya melalui sambungan teleponnya, Rabu, 31 Oktober 2018. (Muhlis/SOE/VEM)