PAMEKASAN, koranmadura.com – Salah satu pengrajin batik asal Desa Klampar, Kecamatan Proppo, Pamekasan, Madura, Jawa Timur, Abdussalam, mengeluh dengan maraknya batik luar yang masuk ke daeranya. Menurutnya, batik luar tidak saja mengancam keberadaan batik daerah, tetapi juga merusak harga.
“Batik cap dari luar Madura banyak yang tidak di kontrol sehingga banyak masuk ke Pamekasan, batik luar itu jelas merusak harga yang ada di Pamekasan,” tegas Abdussalam, Selasa, 02 Agustus 2018.
Diakui sama Abdus, sapaan akrabnya Abdussalam, harga sebelum batik luar masuk berkisar 50 sampai 60 ribu per lembar. Tetapi sekarang sudah berkisar 40 sampai 55 per lembar. Abdus dan para pengrajin batik lain berharap pemerintah tidak tinggal diam, agar batik luar tidak merusak harga.
Ditanya apa pernah dapat suntikan modal dari pemerintah, Abdus menjawab tidak pernah. “Tidak pernah dapat bantuan modal. Saya hanya dengar kabar ada sosialisasi terkait bantuan. Namun, sampai hari ini kenyataannya tidak ada, pemerintah pun juga tak pernah turun langsung,” akunya.
Menanggapi keluhan itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Pamekasan, Bambang Edy Suprapto mengatakan bahwa pihaknya sudah berupaya semaksimal mungkin untuk melakukan sosialisai kepada masyarakat untuk tidak melakukan pembelian batik luar Madura. Namun, imbauan itu tak pernah diindahkan.
“Iya orang Pamekasam sendiri yang ngerusak, kalau orang luar gak mungkin,” tegasnya.
Bambang memastikan kalau batik luar Madura tidak akan laku kalau di Pamekasan. Jadi pihaknya mengajak masyarakat agar tidak beli batik luar. “Sudah, kita tidak usah beli meski itu baik dan murah,” pungkasnya. (SUDUR/SOE/DIK)