JAKARTA, koranmadura.com – PSSI menghentikan liga 1 2018 hingga waktu yang tak ditentukan usai tragedi GBLA yang menewaskan Haringga Sirila. Kini, berselang sepekan, PSSI mencabutnya.
Surat pencabutan penghentian Liga 1 2018 itu beredar Selasa, 2 Oktober 2018 pagi. Surat itu diterbitkan 1 Oktober dan ditandatangani sekretaris jenderal PSSI, Ratu Tisha.
“Merujuk kepada Sidang Komite Disiplin 1 Oktober 2018 dan surat permohonan dari forum silaturahmi klub Liga 1 2018, maka dengan ini PSSI memutuskan:
- Mencabut status penghentian LIga 1 2018.
2. Meminta PT Liga Indonesia Baru untuk dapat kembali menjalankan Liga 1 2018 terhitung tanggal 5 Oktober 2018.
Surat tersebut ditujukan kepada Direktur Utama PT Liga Indonesia Baru, Berlinton Siahaan.
Diketahui, liga 1 2018 sempat dihentikan sementara setelah tewasnya suporter, Haringga Sirila, pada 23 September 2018 lalu di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) menjelang laga Persib Bandung melawan Persija Jakarta.
Pasca tragedi tersebut, Menpora Imam Nahrawi meminta liga 1 2018 dihentikan dua pekan. PSSI merespons dengan menghentian liga tanpa batas waktu. Selain itu, pemain yang tergabung dalam APPI juga bereaksi dengan tak akan bermain di pekan 24 Liga 1 2018 hingga tercapainya Nota Damai Suporter.
Dilihat koranmadura.com dari situs resmi Liga 1 2018, Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) melakukan silaturahmi dengan pimpinan suporter sepak bola seluruh Indonesia yang bertempat di Gedung Wisma Kemenpora, Jakarta, Senin, 1 Oktober 2018. Dalam pertemuan tersebut juga dihadiri sejumlah stakeholder sepak bola seperti PSSI, para manajer klub Liga 1, APPI dan media.
Menpora Imam Nahrawi saat membuka acara menyampaikan, pertemuan para stakeholder sepak bola Tanah Air dilakukan sebagai tindak lanjut pembenahan dan membahas akar permasalahan kompetisi sepak bola nasional, khususnya perihal suporter. “Forum ini kita maksimalkan agar semua niat baik untuk memajukan sepak bola Tanah Air yang lebih baik bisa terwujud,” ujar Imam Nahrawi.
Salah satu kesepakatan dalam pertemuan tersebut adalah mengenai “respek untuk semua” yang tidak hanya menjadi jargon, kemudian tidak ada lagi ujaran kebencian berupa nyanyian rasis dalam setiap pertandingan.
Pertemuan tersebut kemudian diakhiri dengan ikrar damai seluruh suporter Indonesia yang hadir, yaitu dengan membubuhkan tanda tangan di atas kain putih. Sebuah ikrar damai seluruh suporter Indonesia dan juga terkait pembinaan suporter yang telah disepakati, sehingga diharapkan kompetisi sepak bola nasional benar-benar aman untuk semua kalangan. (DETIK.com/ROS/VEM)