PALU, koranmadura.com – Gempa di Kabupaten Donggala yang disusul tsunami di Kota Palu Sulawesi Tengah, Jumat, 28 September 2018 lalu, dimanfaatkan narapidana penghuni Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Palu, untuk kabur.
Hal itu diungkapkan Kepala Lapas Kelas IIA Palu, Adhi Yan Ricoh. Menurutnya, lebih dari separuh jumlah warga binaan dari total sebanyak 500 orang di tempatnya, kabur pasca gempa disusul tsunami. Kaburnya napi Lapas Kelas IIA Palu terjadi sesaat setelah tembok-tembok penjara roboh.
Adhi menceritakan, pihaknya tidak bisa mencegah para napi pergi, karena kondisi gelap setelah padamnya listrik dan jumlah petugas yang terbatas. Apalagi, kata dia, para petugas juga tampak panik dan berusaha menyelamatkan diri.
“Kondisinya sangat cepat terjadi, sulit mengendalikan situasi saat itu, karena petugas juga panik dan berusaha menyelamatkan diri sendiri,” kata Adhi.
Mengenai upaya pencarian, Adhi mengatakan, pihaknya masih menunggu kondusifnya Kota Palu pasca gempa dan tsunami. Terlebih, kata dia, mayoritas petugas dan pihak Kepolisian fokus untuk menangani korban musibah tersebut.
“Kami baru saja mengirimkan laporan ke pusat terkait hal ini. Masalah komunikasi menjadi kendala tersendiri saat ini,” kata dia.
Dia menyebut, kondisi lapas Palu saat ini mengalami kerusakan yang cukup parah. Sehingga sejumlah dinding roboh, yang mengakibatkan para napi bebas untuk keluar dari area lapas. (VIVA.co.id/ROS/VEM)