SUMENEP, koranmadura.com – Meski telah sampai di kampung halamannya, Hasani, salah seorang warga Desa Angon-Angon, Kecamatan Arjasa, Pulau Kangean, Sumenep, Madura, Jawa Timur, mengaku masih trauma pasca jadi korban gempa dan tsunami di Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng), beberapa waktu lalu.
Hasani bersama istri, anak, ipar dan saudaranya telah tiba di kabupaten paling timur Pulau Madura dua hari lalu, Kamis, 4 Oktober 2018. Setelah sempat menginap semalam di Rumah Perlindungan Sosial (RPS) Dinas Sosial Sumenep, kemarin sore mereka telah bertolak ke Pulau Kangean atau kampung halamannya.
Baca: Jadi Korban Bencana Sulteng, Lima Warga Sumenep ini Tiba di Kampung Halaman
Hingga kemarin, Hasani mengaku masih trauma dengan bencana yang dialaminya. Dia mengaku masih sering merasakan goncangan layaknya gempa. “Trauma masih ada,” katanya.
Hasani merupakan salah seorang dari ratusan warga Sumenep yang berdomisili di Palu untuk mencari nafkah. Di sana, dia bersama keluarganya sudah sekitar 12 tahun. Dia bekerja memasang sticker.
Pasca terjadinya gempa dan tsunami di Palu, Hasani mengaku sudah enggan kembali lagi ke sana. “Apakah akan kembali lagi ke sana (Palu), kalau sekarang kayaknya masih akan berpikir panjang. Cuma harapan saya sekarang, semoga tidak terjadi bencana lagi di sana,” ungkap dia.
Apalagi, rumah semi permanen yang dia tempati selama di Palu saat ini sudah tidak ada. Hancur diterjang tsunami. “Jangankan tempat saya yang dari papan, showroom mobil di belakang rumah langsung ambruk saat dihantam air setinggi rumah saya,” tutur Hasani.
Baca: Ini Cerita Warga Kangean Selamat dari Gempa dan Tsunami di Palu
Selain rumah, barang-barang miliknya bersama keluarga juga sudah ludes terbawa air. “Saat kejadian sudah tidak sempat lagi untuk menyelamatkan barang-barang. Yang penting saya dan keluarga selamat dulu,” pungkasnya. (FATHOL ALIF/ROS/VEM)