PAMEKASAN, koranmadura.com – Petani di Pamekasan, Madura, Jawa Timur, menolak untuk menenam jagung jenis hibrida yang ditawarkan pemerintah setempat. Petani lebih memilih bertahan dengan menanam jagung lokal.
Hal itu diungkapkan Kepala Dinas Pertanian Perkebunan dan Tanaman Holtikultura Kabupaten Pamekasan, Isye Windarti. Menurutnya, terdapat sejumlah alasan petani yang disampaikan kepada pemerintah. Pertama, karena lahan tidak mendukung. Kedua, karena jagung lokal lebih harum dan nikmat dibandingkan jagung jenis hibrida.
Padahal, kata dia, jika petani menanam jagung hibrida keuntungannya lebih banyak, karena produktifitasnya lebih tinggi dari jagung lokal. “Petani masih menggunakan bibit jagung lokal, tidak menanam jagung hibrida. Padahal, kalau menanam jagung hibrida, produktifitasnya lebih banyak,” kata Isye Windarti, Selasa, 16 Oktober 2018.
Menurutnya, paradigma petani di Pamekasan dalam menanam jagung hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarganya selama satu musim. Lebih dari kebutuhan pribadi, langsung dijual.
“Kami terus lakukan sosialisasi kepada Masyarakat mendorong untuk menanam jagung hibrida. Asumsi petani di bawah bahwa jagung lokal lebih awet disimpan dalam waktu panjang dan rasa nasi jagung lokal lebih nikmat dari jagung Hibrida,” bebernya.
Isye Windarti menambahkan, jagung jenis hibrida bisa ditanam di tanah-tanah yang irigasinya bagus. Sementara bagi tanah yang hanya mengandalkan air tadah hujan lebih baik ditanami jagung lokal untuk menjaga produktifitas jagung. (RIDWAN/ROS/VEM)