SUMENEP, koranmadura.com – Semenjak berpisah dengan Bupati Sumenep, A. Busyro Karim, Wafiqoh Jamilah menetap dan tinggal di Kawasan Ampel Surabaya. Namun, meski Nyai Mila, yang biasa dipanggil, tinggal jauh dari Sumenep, masih saja ada orang yang memantaunya. Sebab elektablitas dan popularitasnya masih mengakar.
Hal ini terbukti pada setiap hajatan yang digelar oleh warga, baik acara pernikahan, pengajian hingga acara bertemakan keislaman, Nyai Mila selalu diundang untuk menyampaikan tausiyah. Bahkan tak sering para warga menagis ketika Nyai Mila mengisi acara.
Putri dari kiai Khotib itu mengaku setiap langkah dan gerak geriknya selalu dipantau oleh sebagian orang di Sumenep, hal ini terungkap dalam akun Facebooknya yang bernama Umminya Maz Dimaz, Sabtu, 13 Oktober 2018.
Dalam akun tersebut ia menulis, “Bismillah, Hallo Sumenep, Bagi para Caleg dan tim suksesnya fokus saja pada target pemenangan. Nggak usah japri aq dan posang (berusaha) cari tahu kegiatanku hari ini, besok atau lusa, dan bulan depan kemana, Patenang (Tenag) dan buang perasangka hitam tentangku, aih aku di sorbejeh (Aku di Surabaya) masih saja ada yang merasa terancam,” tulisnya
Menjelang beberapa menit akun tersebut ramai disukai oleh banyak orang, dan banyak memunculkan komentar, salah satunya akun Indra Wahyudi yang tiada lain anggota DPRD Sumenep dari Fraksi Demokrat. “Karena ketokohan Nyai Mila luar biasa dan membasis di Sumenep meski orangnya di Surabaya,” tulis Indra dalam kolom komentar
Lalu Umminya Maz Dimaz menjawab “Ponapa Pak Dewan? Kaule Ibu RT coma bisa morok Sullam (Saya hanya Ibu Rumah Tangga, Cuma bisa ngajar Kitab Sullam), kaule nika pelaku UKM e sorbejeh (Saya ini hanya pelaku UKM di Surabaya), Kaule (Saya) bukan siapa-siapa?” jawabnya.
Penasaran akan hal tersebut, reporter koranmadura.com mencoba mengklarifikasi kepada yang bersangkutan. Alhasil Nyai Mila mebenarkan hal tersebut, katanya, ia dijapri oleh seseorang berinisial J dan ditanya kapan dan dimana, siapa saja yang masih terhubung dengannya.
“Bukan ancaman, tapi lebih pada kecemasan, Anggap saja inisial J itu adalah “Jelita”. Dia selalu ingin tahu kalau aku di Sumenep, dalam kegiatan apa, audiensnya siapa? Gerakan apa yang aku lakukan? Terus komunitas mana yang masih terhubung denganku,” ucapnya saat dikonfirmasi via WhatsApp, Sabtu, 13 Oktober 2018.
Mantan Ketua PKK yang pernah mendapat penghargaan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu menambahkan, dalam pertarungan pemilihan legislatif atau pemilihan lainnya tak perlu berperasngka buruk pada orang lain, akan tetapi lebih fokus pada target pemenangan.
“Jadi tak usah ngontrol saya, saya berdakwah tak ada unsur politiknya, mendingan fokus bagaimana strategi pemenagan,” pungkasnya. (MADANI/SOE/VEM)