SURABAYA, koranmadura.com – Masa remaja tak lepas dari permasalahan. Ada yang mengalami kesulitan hingga stres saat menghadapinya. Mereka sebenarnya membutuhkan dukungan dan tempat untuk mencurahkan berbagi cerita.
Melihat kondisi kehidupan generasi galau seperti itu, Audrey Maximillian Heri mencoba memberikan fasilitas dengan membuat aplikasi bernama Riliv kepada anak muda. Kala itu ia mengaku resah melihat banyak orang membuat status galau di media sosialnya.
“Saya bikin Riliv ini waktu semester akhir, waktu kuliah. Terus main sosial media main Facebook, Twitter, banyak orang nulis status galau. Lah ini kenapa kok banyak orang yang punya banyak masalah tapi di sosial media. Bukannya masalahnya tambah selesai malah di-bully. Nah dari itu kenapa kita nggak bikin platform yang orang bisa langsung ngobrol di situ dan bisa menyelesaikan masalahnya,” tutur Maxi saat berbincang dengan detikcom, Rabu, 17 Oktober 2018.
Meskipun Maxi tidak punya latar belakang pendidikan di bidang kesehatan, dirinya adalah alumni jurusan Sistem Informasi Universitas Airlangga. Namun ia berupaya memberikan bantuan dengan kemampuan yang dimilikinya.
Tak hanya sendirian, Maxi juga menggandeng kedua rekannya, Audy Christopher Herli dari Teknik Industri Universitas Brawijaya Malang dan Fachrian Anugerah dari Sistem Informasi Universitas Airlangga, Riliv pun berhasil diluncurkan pada tahun 2015 silam.
Kebetulan saat itu pemuda berusia 26 tahun ini baru saja mengikuti program Startup Surabaya, tepatnya pada bulan Mei 2015. Ternyata dari program itu, tim Riliv berhak mendapatkan kesempatan mentorship dari Google Jepang pada bulan Agustus 2015.
Dengan bangga, Maxi pun menyebut Riliv sebagai aplikasi konseling psikologi pertama di Indonesia. “Ya, Riliv merupakan aplikasi konseling psikologi pertama di Indonesia,” ujarnya.
Maxi kemudian menjelaskan bahwa pengguna Riliv dapat ‘curhat’ atau berkonsultasi langsung kepada psikolog. Entah itu masalah percintaan, keluarga, sosial, pendidikan atau karier.
Riliv sendiri terhubung dengan ratusan psikolog. Untuk saat ini mereka juga telah bekerjasama dengan Himpunan Psikolog Indonesia (HIMPSI) Jawa Timur.
“Di Riliv ada sekitar 300 orang yang berlatar belakang psikologi, ada sarjana psikologi, ada psikolog profesional. Psikolog profesionalnya juga dijamin memiliki surat izin praktik,”tutur Maxi.

Tak hanya cuma-cuma, Riliv juga memastikan penggunanya dapat memakai akun anonim.
Maxi mengungkapkan ada beberapa fitur menarik lainnya yang dimiliki Riliv. Yang baru-baru ini diluncurkan adalah Hening (http://riliv.co/hening.html), fitur meditasi yang saat ini sebenarnya masih berupa beta tester.
“Kita membuat fitur meditasi itu bukan hanya sekedar fitur. Karena kita bisa menyediakan langkah yang kuratif dan preventif. Ini juga bisa digunakan untuk sehari-hari,” terang Maxi.
Saat ini pengguna Riliv sudah hampir mencapai 100 ribu orang. Namun Maxi masih belum berpuas diri.
“Senang juga, berarti banyak orang di luar sana sebenernya membutuhkan tempat untuk menyampaikan masalahnya. Angka tersebut sebenarnya masih jauh, dan kita masih ingin jutaan orang di indonesia dan negara tetangga bisa mengakses Riliv ini,” harapnya. (DETIK.com/DIK/ROS)