SAMPANG, koranmadura.com – Jelang tutup tahun 2018, program penerapan absensi eletronik menggunakan fingerprint bagi kehadiran tenaga pengajar di lembaga sekolah tingkat Sekolah Menengah Atas maupun Kejuruan (SMA/SMK) yang berada dalam naungan Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi Jatim di Kabupaten Sampang belum merata.
Kepala UPT Disdik Provinsi Jatim Cabang Kabupaten Sampang, Assyari membenarkan dari seluruh lembaga sekolah SMA/SMK yang berada dalam naungannya masih ada yang belum menggunakan fingerprint.
“Ada yang sudah dan ada yang belum, dan masih banyak yang belum. Tapi laporannya secara manual dikirim ke sini. Yang sudah itu di wilayah perkotaan kecuali di SMA Ketapang,” tuturnya, Kamis, 8 November 2018.
Lanjut Assyari mengatakan, dari total sebanyak 17 lembaga sekolah, yang belum menerapkan absensi fingerprint masih tersisa 10 lembaga sekolah. Namun demikian penerapan fingerprint harus tuntas hingga akhir tahun 2018.
“Program penerapan fingerprint harus selesai tahun pelajaran baru ini,” ucapnya.
Disisi lain pihaknya mengakui belum terealisasinya pengadaan fingerprint karena terkendala anggaran di masing-masing sekolah.
“Untuk jumlahnya itu tergantung lembaga sekolahnya, kami hanya meminta kebijakan untuk memakai fingerprint. Untuk penggunaan sumber dananya merekalah yang mengelola, bisa memakai dana BOS dan semacamnya. Tapi jika pakai dana BOS, itu tidak boleh melampaui ketentuan, tapi saya lupa berapa persen jika pakai dana BOS karena juknisnya ada di masing-masing sekolah. Bisa menggunakan anggaran dari buku, tapi tidak boleh melebihi 20 persen dalam setahunnya,” tandasnya. (MUHLIS/ROS/VEM)