SIDOARJO, koranmadura.com – Tin Harnanik asal Sidoarjo, Jawa Timur, mengaku awalnya iseng mengisi waktu luang dengan menghias sandal jepit. Namun siapa sangka, dari keisengan itu, kini dia bisa meraup untung puluhan juta rupiah perbulannya.
“Ide awalnya muncul sekitar 4 tahun yang lalu ketika saya melihat sandal japit dengan model yang sedang tren saat ini yakni sandal karakter kartun, lantas saya browsing di internet lalu muncul ide membuat sandal jepit hias agar terlihat menarik,” kata Tin kepada detikcom di rumahnya, Senin, 12 November 2018.
Sebagai ibu rumah tangga, Tin memiliki banyak waktu luang untuk melakukan kreasi. “Bahan bakunya tentu saja sandal jepit, kain katun jepang dan batik, dacron untuk hiasan bunga, pita dan lem,” urai Tin.
Tin menerangkan, kain katun atau batik yang sudah dipotong sesuai ukuran sandal lantas ditempelkan dengan lem di atas permukaan sandal. Selanjutnya ditambahi hiasan bunga dari dacron dan di tempel pita di sekeliling sandal. Memasuki proses akhir, ia tinggal melilitkan jepitan kaki dengan pita agar semakin cantik.
“Sandal- sandal ini dijual mulai harga Rp 25.000 untuk ukuran anak-anak dan Rp 45.000 untuk ukuran dewasa,” kata Tin.
Awalnya ibu tiga anak ini hanya menjual sandal-sandal kreasinya di lapak kaki lima yang ada di seputaran Jalan Gading Fajar Sidoarjo. Namun atas inisiatif putra putrinya pemasaran kini melalui media sosial seperti Instagram dan Facebook.
“Ternyata respons dari konsumen cukup baik jadi saya tak kuasa menolak ketika sebuah galeri seni di Bali meminta saya rutin mengirim sandal hias,” aku Tin.
Apalagi wanita berusia 44 tahun itu menambahkan bahan bakunya mudah dicari sehingga ia tak kesulitan untuk berkreasi sesuai dengan permintaan pasar. Tak jarang peminat sandalnya pun datang langsung ke kediamannya di Perumahan Citra Fajar Golf, Desa Gebang, Kecamatan Kota, Kabupaten Sidoarjo.
Bahkan suatu kali pemilik label Anies Craft ini pernah mendapatkan pesanan dari seorang konsumen dari Jerman yang meminta 12 pasang sandal hias. Selain Bali, sandal bikinan Tin pun telah merambah ke kota lain di Jatim seperti Lamongan atau luar Jawa seperti Palembang, Medan hingga Bau-Bau.
Namun dia meminta pelanggannya untuk bersabar karena seluruh produksi dikerjakan sendiri olehnya bersama putri dan 1 pekerjanya. Untuk itu, mereka hanya mampu memproduksi 100 pasang sandal perminggunya. Dari produksi ini saja ia sudah mampu meraup omzet berkisar Rp 10 juta perbulan.
“Tapi saya masih berharap dapat bantuan modal agar usaha saya bisa berkembang lebih besar lagi,” tutupnya. (DETIK.com/ROS/VEM)