JAKARTA, koranmadura.com – Sheryl Sandberg, Chief Operating Officer Facebook, jadi sorotan. Wanita yang sering disebut tangan kanan CEO Mark Zuckerberg ini terindikasi terlibat dalam kampanye hitam Facebook menjelek-jelekkan pesaing serta tidak sigap soal campur tangan Rusia.
Dalam laporan yang diturunkan New York Times, Facebook menyewa perusahaan public relation Definers Public Affairs, dengan tugas mempublikasikan berita buruk perusahaan pesaing seperti Apple dan Google. Tujuannya untuk mengalihkan perhatian dari Facebook yang belakangan banyak dilanda berita negatif.
New York Times menyatakan, Facebook juga coba mengarahkan bahwa kritik pada mereka didalangi oleh George Soros, investor kaya raya yang sering dilanda gosip bahwa dia anti Yahudi. Zuck adalah keturunan Yahudi.
Sandberg dituding pula meremehkan campur tangan Rusia melalui Facebook dalam mempengaruhi pilpres AS di tahun 2016 yang berujung pada kemenangan Donald Trump. Sandberg coba mencegah usaha mantan Chief Security Officer Facebook, Alex Stamos, yang ingin melacak aktivitas Rusia.
Hal itu membuat Sandberg disorot, bahkan diminta mundur saja. “Sandberg mungkin seharusnya digantikan. Dia sangat bisa digeser,” sebut Jeffrey Sonnenfeld, pakar manajemen.
Atau dia menyarankan wanita dengan posisi tertinggi di Facebook itu setidaknya dikenai hukuman percobaan. Sandberg sendiri membantah terlibat dalam kasus tersebut. “Kami sama sekali tidak membayar siapapun untuk membuat berita palsu,” kata dia yang dikutip dari CBS.
Sandberg mengaku baru tahu pihaknya menyewa Definers setelah diberitakan media dan saat ini telah memutuskan hubungan dengan mereka. “Kabar bahwa kami tidak tertarik mengetahui kebenaran atau ingin menyembunyikan sesuatu atau mencegah investigasi juga tidak benar,” tandasnya mengenai kasus Rusia.
Sang bos, Zuckerberg, juga diminta lengser dari posisi chairman oleh beberapa investor Facebook. Zuck dianggap kurang becus mengelola perusahaan dan mengendalikan krisis yang belakangan sering menerpa. (DETIK.com/ROS/VEM)