PAMEKASAN, koranmadura.com – Para petani jagung di Pamekasan, Madura, Jawa Timur ternyata kurang minat terhadap bibit jagung hibrida. Alasannya, daya simpan jagung tersebut tidak bertahan cukup lama dan mudah di makan hama.
Hal itu diungkapkan oleh Kepala Bidang (Kabid) Sarana dan Prasarana Penyuluhan Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan (Distan PHP), Aziz Jamil. Menurutnya, masyarakat kurang minat untuk menanam jagung hibrida
“Alasan petani tidak enak, enakan jagung lokal. Mereka juga beralasan daya simpannya tidak lama,” jelas Aziz, Kamis, 8 November 2018.
Meski demikian, Aziz memaklumi alasan itu. Karena para petani tidak tahu betul terhadap daya produksi jagung hibrida tersebut, padahal kelebihannya, jagung hibrida mudah ditanama dimana saja. Hasilnya pun cukup menjanjikan.
“Kalau bicara produkvitas, jelas jagung hibrida lebih unggul dibanding jagung lokal,” imbuhnya.
Bagaimana agar masyarakat minat? Pihaknya akan terus berupaya untuk melakukan sosialisasi ke petani di Kota Gerbang Salam ini agar lebih minat menanam jagung hibrida, biar tidak selalu impor dari Jawa.
“Sudah waktunya kita mengganti jagung yang produktivitasnya yang lebih tinggi yaitu jagung hibrida,” tandasnya. (SUDUR/SOE/DIK)