KORANMADURA.com – Di acara Mata Najwa yang disiarkan secara langsung oleh salah satu televisi swasta, Manajer Madura FC, Januar Herwanto dengan lantang menyebutkan nama oknom Exco PSSI yang berusaha melakukan pengaturan skor dalam babak penyisihan Liga 2 Indonesia.
Menurutnya, upaya pengaturan skor tersebut dilakukan dengan meminta Madura FC untuk mengalah saat menjalani laga di kandang PSS Sleman bulan Mei lalu. “Saya ditawari uang 100 juta, tapi saya tolak. Karena tidak mau, tawaran itu dinaikkan menjadi 150 juta, tapi tetap saya tolak. Akhirnya dia bilang bahwa walau saya tidak mau, dia bisa ‘mencuri’ pemain saya. Saya jawab, silakan,” ungkap Januar dalam acara yang disiarkan secara langsung, Rabu malam 28 November 2018 itu.
“Anda berani mengungkapkan siapa nama oknum Exco PSSI tersebut?” tanya Najwa Sihab. “Ya. Demi sepak bola Indonesia yang lebih baik. Namanya Hidayat,” jawab Januar dengan tegas.
Ia mengaku sangat menyesalkan tindakan Hidayat tersebut, apalagi yang bersangkutan adalah Exco PSSI yang seharusnya menjaga martabat dan marwah PSSI. “Saya tak habis pikir, bagaimana mungkin Exco justru berperilaku sebagai makelar,” kata Januar.
Atas tudingan tersebut, Hidayat yang bergabung via telpon dari luar studio membantah dirinya melakukan upaya pengaturan skor seperti dikatakan Januar. Ia bahkan mengaku lupa pernah berkomunikasi dengan Manajer Madura FC. “Kalau pun pernah ada kontak, itu sudah lama sekali,” ujarnya.
“Yang kami bicarakan sejak tadi memang hal yang terjadi pada babak penyisihan saat kami away ke kandang PSS Sleman Mei lalu. Kami masih menyimpan pesan sampeyan dan di sini sudah kami printout,” jawab Januar langsung menyela.
“Iya. Tapi karena itu sudah lama, saya lupa substansinya,” kata Hidayat tetap berkelit. Penonton di studio pun gemuruh menyorakinya sambil tertawa.
Ia baru mengakui adanya komunikasi seperti dibeberkan Januar setelah dicecar pertanyaan-pertanyaan tajam khas Nana, panggilan akrab Najwa Shihab. Menurutnya, sebelum berubah nama menjadi Madura FC, klub yang kini ditukangi Salahuddin itu adalah klub yang ia kelola. “Nah komunikasi itu saya lakukan bukan karena saya ingin mengatur skor, tapi sebagai orang yang pernah menanganinya, saya sayang sama Madura FC,” kilahnya dari ujung telepon. Penonton di studio pun kembali bersorak sembari tertawa.
Blak-blakan yang dilakukan Januar ini mendapat apresiasi dari barbagai pihak. Sebab sedikit sekali orang yang mau berbicara lantang tentang mafia yang selama ini diduga menggerogoti sepak bola Indonesia. Selain karena khawatir diintimidasi secara pribadi, banyak pengelola klub yang tidak ingin klubnya menjadi bulan-bulanan permainan mafia. Akhirnya mereka memilih diam.
“Saya sendiri sadar betul akan konsekuensi tersebut. Namun demi sepak bola Indonesia yang lebih fair dan bermartabat, saya harus mengungkapkan semua ini,” kata Januar. (BETH/SOE/DIK)