Oleh: Miqdad Husein
Presiden Jokowi melontarkan pernyataan keprihatinan soal politik genderuwo. Bukan soal dunia mistis yang dimaksud dari lontarannya. Presiden Jokowi menyebut genderuwo terkait perilaku segelintir elite yang sering menyampaikan pernyataan bernada menakut-nakuti rakyat.
Jokowi mengemukakan, saat ini banyak politikus yang sering melontarkan pernyataan-pernyataan yang menakutkan dan menimbulkan keresahan di masyarakat.
“Ya politikus genderuwo itu yang melakukan cara-cara berpolitik dengan propaganda. Menakut-nakuti dan menimbulkan kekhawatiran di masyarakat,” kata Jokowi.
Jokowi agaknya merasa perlu merespon berbagai pernyataan dari segelintir elite yang lebih banyak melontarkan pernyataan menggelisahkan masyarakat. Sebuah sikap yang bisa jadi kontra produktif dengan berbagai upaya pemerintah.
Pernyataan Indonesia akan bubar pada tahun 2030, angka kemiskinan mencapai 99 persen merupakan contoh riil menebarkan ketakutan di tengah masyarakat. Harga-harga melambung tinggi di pasar-pasar tradisional pernyataan lain bernuansa penyebaran kekhawatiran. Masih banyak pernyataan lain yang sejenis. Belum lagi hoaks dan ujaran kebencian yang disebarkan oknum masyarakat tertentu untuk menimbulkan antipati kepada pemerintah.
Ketika rupiah sempat melemah karena faktor eksternal terutama akibat perang dagang AS melawan Cina beberapa waktu lalu, segelintir elit yang seharusnya mengembangkan semangat kebersamaan justru terkesan lebih menyuntikkan kekhawatiran. Hanya demi kepentingan meraih kekuasaan, untuk menarik simpati masyarakat mereka lontarkan berbagai nuansa keresahan.
Mereka melupakan dampak besar jika negara ini mengalami krisis. Mereka seperti tidak peduli bahwa jika terjadi krisis seluruh rakyat, siapapun dia akan terkena dampaknya. Barangkali hanya mereka yang disebut orang kayalah yang bisa tenang jika negari terjebak krisis.
Di tengah era media sosial seperti sekarang ini, para elit politik perlu lebih arif dalam menyampaikan pernyataan. Kalimat normatif dan lurus saja sering dipelintir dan dipelesetkan apalagi yang sangat jelas bernuansa menebar ketakutan.
Kritik apalagi menawarkan konsepsi baru merupakan hal yang wajar di tengah kampanye sekarang ini. Katakanlah semacam mengadu konsepsi dan strategi dalam mengatasi persoalan di negeri ini. Yang disampaikan ke tengah masyarakat hal-hal obyektif termasuk kekurangan dari pemerintah.
Masyarakat diajak memahami persoalan yang sebenarnya. Diajak berpikir serta ditawarkan alternatif penyelesaian yang dianggap lebih baik.
Melalui pemaparan data obyektif itu proses partisipasi politik masyarakat diharapkan makin rasional sehingga tidak mudah terseret berbagai tindakan destruktif, terperangkap konflik dan hal-hal buruk lainnya.
Aktivitas politik seharusnya menjadi proses pendidikan politik agar masyarakat makin dewasa dalam berpartisipasi di tahun politik. Seluruh aktivitas politik memberikan kegembiraan dan harapan lebih baik; bukan sebaliknya- menciptakan ketegangan dan pesimisme.