Oleh: MH. Said Abdullah*
Ikhtiar pemerintah mengundang pimpinan Ormas Islam beberapa waktu lalu, dalam menyikapi kejadian pembakaran yang dianggap bendera tauhid merupakan langkah cerdas dan arif. Pertemuan itu menjadi penyejuk atau penurunan tensi panas. Sebelumnya memang terasa ketegangan seperti diembuskan kalangan tertentu yang tak ingin negeri ini berada dalam kedamaian.
Siapapun yang berpikir jernih jika mencermati perkembangan kasus di Garut akan merasakan betapa ada upaya menyeret kejadian yang sebenarnya lebih merupakan reaksi instan itu sebagai titik masuk mengadu domba antar umat Islam. Penyebaran istilah sebagai bendera tauhid merupakan contoh paling jelas untuk membangkitkan emosi dan kemarahan umat Islam.
Namun agaknya para petualangan politik melupakan kekuatan dan kedewasaan dua organisasi Islam terbesar di negeri ini, yaitu Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah. Ternyata baik Muhammadiyah apalagi NU serta belakangan beberapa Ormas Islam lainnya justru berupaya meredakan ketegangan, tidak terpancing berbagai provokasi. Jika dua organisasi itu mampu berada dalam sikap dan kebijakan dasarnya, apalagi disertai pula organisasi Islam lainnya, upaya menyeret umat dalam pusaran konflik insya Allah, tak akan pernah berhasil.
Masalah apapun yang terjadi di negeri ini, apalagi persoalan yang terkait masalah keterikatan keagamaan, jika NU dan Muhammadiyah tetap bersama dalam sikap kedewasaan akan selalu terselesaikan. Kebersamaan dua ormas Islam terbesar itu seakan menjadi garansi penyelesaian persoalan apapun di negeri ini.
Almarhum KH. Hasyim Muzadi pernah menggambarkan secara cerdik bahwa NU dan Muhammadiyah seperti sepasang sandal. Keduanya tak dapat dipisahkan dan selalu menjadi pijakan perjalanan negeri ini. Kebersamaan NU dan Muhammadiyah selalu akan menjadi pengawal yang akan menjaga NKRI.
Berbagai riak-riak politik yang terjadi di negeri ini selalu dapat terselesaikan. Upaya memancing umat Islam ke dalam konflik yang merusak kedamaian terhindarkan karena NU dan Muhammadiyah tetap berada dalam sikap kedewasaan, kearifan, kematangan, serta pertimbangan mengedepankan kepentingan seluruh negeri ini.
Simaklah dari kejadian peringatan Hari Santri Nasional di Garut. Berbagai provokasi bermunculan sangat deras. Media-media termasuk media sosial pun gencar memberitakan berita-berita panas. Bahkan demonstrasi pun tak ketinggalan memberi bumbu hingga mengarah naiknya tensi ketegangan pada beberapa kalangan kecil masyarakat negeri ini.
Namun demikian, berbagai aroma panas yang terlihat disebarkan, pelan menemui tembok kesejukan. Pelan-pelan teredam. Masyarakat yang sempat terseret emosi mulai menyadari baik subtansi kejadian sebenarnya maupun pemahaman adanya pihak-pihak yang memang memperkeruh suasana. Dan terpenting tentu saja pertimbangan lebih besar menjaga kedamaian negeri ini.
Atau lihatlah berbagai klaim mengatasnamakan ulama untuk kepentingan politik sempit, sekadar memuaskan syahwat politik sesaat, praktis sulit menggiring umat secara luas. Hanya mampu mempengaruhi sebagian kecil, terutama mereka yang memang berkepentingan.
Tanpa kesertaan ulama NU dan Muhammadiyah mengatasnamakan ulama di negeri ini tak akan pernah berhasil mempengaruhi sebagian besar umat Islam negeri ini. Apalagi ketika ulama NU dan Muhammadiyah memberi pencerahan keagamaan serta mengurai benang merah berbagai kepentingan yang mengatasnamakan ulama itu.
Pikiran dan sikap masyarakat yang kembali menyadari keseluruhan persoalan seperti kejadian di Garut, Ijma’ ulama, jelas tidak lepas peran strategis ketenangan dan kearifan serta kedewasaan Ormas Islam NU dan Muhammadiyah bersama ormas Islam lainnya. Ketika kelompok masyarakat sempat terbawa arus ketegangan, NU dan Muhammadiyah tetap tenang sehingga sebagian besar masyarakat pun akhirnya mengikuti sikap dua Ormas Islam terbesar itu.
Ada baiknya memang, umat Islam dalam menyikapi berbagai persoalan bangsa mengacu pada sikap Organisasi NU dan Muhammadiyah secara kelembagaan. Mungkin secara personal ada tokoh atau ulama Muhammadiyah yang memiliki sikap khusus. Namun, sikap kelembagaan dua Ormas Islam sampai sejauh ini masih konsisten pada khittahnya untuk memandu dan membimbing umat antara lain agar menjaga kedamaian negeri ini tidak terkoyak berbagai kepentingan sempit syahwat kekuasaan segelintir orang.
*Wakil Ketua Banggar DPR RI.