KORANMADURA.com – Anggota Persatuan Alumni (PA) 212 mulai tidak satu jalan. Diantara mereka terdapat beberapa tokoh yang diinformasikan menyatakan mengundurkan diri dari persatuan tersebut dan memastikan tidak akan hadir pada reuni yang akan digelar pada 2 Desember 2018.
Diantara tokoh yang diinformasikan mundur itu adalah Usamah Hisyam dan Kapitra Ampera. Usamah merupakan salah satu tokoh utama dalam PA 212 karena merupakan Anggota Penasihat Persaudaraan Alumni (PA) 212. Sedang Kapitra merupakan pengacara Rizieq Shihab.
Mantan aktivis Forum Komunikasi Generasi Muda Nahdlatul Ulama (FKGMNU) Jawa Timur, Muslimin, mengatakan tidak hanya kedua tokoh yang menyatakan mundur dan tidak akan ikut hadir dalam reuni. Di tingkat daerah, beberapa tokoh malah menyatakan tidak mendukung lagi gerakan tersebut.
“Kalau boleh dibilang, persatuan ini mulai mengalami keretakan karena adanya ketidak sejalanan antara kelompok yang satu dengan lainnya,” kata Muslimin, Senin, 26 November 2018 lalu.
Sebagian dari mereka menilai, gerakan tersebut telah dimasuki unsur politis dan telah melenceng dari tujuan awal dari gerakan. Gerakan yang digadang-gadang untuk membela agama tersebut sebenarnya telah ditunggangi pendukung salah satu pasangan calon presiden dan wakil presiden untuk meraup suara di pemilu 2019.
Muslimin mengatakan, perpecahan itu muncul karena pada awal terbentuknya gerakan tersebut, masih satu suara, yakni untuk kepentingan agama. Namun pada perjalanan berikutnya, muncul gerakan lain yang bersifat politis.
“Sementara diantara tokoh-tokoh utama gerakan tersebut tidak satu sikap. Ada yang memilih tetap di jalur semula, ada yang memilih jalan lain,” katanya.
“Ini berbeda dengan proses pembentukan satu kelompok yang memang dari awal sudah disepakati sebagai kelompok politik tertentu atau berafiliasi ke kelompok tertentu,” lanjutnya.
Dengan mundurnya beberapa tokoh utama PA 212 itu, jelas Muslimin, masyarakat akan sulit dipengaruhi, karena mereka akan menilai kemana arah gerakan tersebut sebenarnya.
Pengamat sosial politik Madura, Maulana Imamudin, mengatakan untuk melihat ada atau tidaknya nuansa politis pada pertemuan reuni PA 212, bisa dari tokoh yang hadir. Namun, menurutnya, jikapun hal itu benar, tidak akan memiliki akses apapun untuk mempengaruhi masyarakat dalam Pilpres yang akan datang. Sebab, gerakan itu hanya akan dinilai sebagai bagian dari kampanye pilpres.
“Momennya sudah berbeda jauh dengan saat awal gerakan tersebut dibangun. Sekarang, jikapun mereka menyatakan sikap mendukung salah satu pasangan calon, hanya akan dianggap sebagai salah satu bagian dari kampanye,” katanya, Jumat, 30 November 2018. (g. Muj/SOE/DIK)