SAMPANG, koranmadura.com – Polda Jawa Timur mengaku tidak yakin penembakan terhadap Subaidi yang dilakukan oleh Idris hanya karena polemik di Facebook. Motif apakah?
Menurut Humas Polda Jatim Kombes Frans Barung ada masalah lain selain motif cekcok di media sosial Facebook.
“Apalagi cuma masalah di Facebook, itu kayaknya ada masalah lain,” kata Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Frans Barung Mangera kepada koranmadura.com saat dikonfirmasi melalui sambungan teleponnya, Rabu malam, 28 November 2018.
Frans juga menyangkal keterangan pelaku soal senjata api rakitan. Karena fakta terbaru, senpi yang digunakan ternyata berasal dari pabrikan Amerika Serikat (AS) berjenis Bareta.
“Senpi yang digunakan dalam kasus penembakan Subaidi itu bukan rakitan, itu senpi pabrikan. Apa yang dilaporkan pelaku itu bohong semua. Dan kami baru saja mendapatkan senpi aslinya,” jelas Frans.
Untuk diketahui, kasus penembakan menewaskan Subaidi, warga Dusun Pandian, Desa Tamberu Timur, Kecamatan Sokobanah dilakukan oleh Idris, warga Dusun Bates, Desa Sokobanah Laok, Kecamatan Sokobanah pada Rabu, 21 November 2018 lalu. Korban diketahui mengalami luka tembakan yang cukup serius di bagian dada kiri hingga tembus ke bagian pinggang kanan bawah.
Berdasarkan keterangan Nurfaizah, istri korban, Subaidi yang berprofesi sebagai tukang gigi awalnya mendapat telepon via WhatsApps dari konsumen dengan nomor tak dikenal yang meminta korban mendatangi rumahnya di Desa Sokobanah Laok, Kecamatan Sokobanah guna memasang gigi.
Saat itu, lanjut Nurfaizah, suaminya yang masih berada di Malang pulang ke rumahnya pada Minggu, 18 November 2018 dan korban baru bisa menepati panggilan konsumen tersebut pada Rabu, 21 November 2018 lantaran konsumen tersebut tampak memaksa korban dengan menelepon berulang kali. Namun, tepat di Dusun Gimbuk, Desa Sokobanah Laok, korban ditembak oleh pelaku.
“Almarhum bilang setelah ditembak baru sadar kalau dirinya dijebak,” akunya. (MUHLIS/SOE/DIK)