SUMENEP, koranmadura.com – Festival Keraton dan Masyarakat Adat (FKMA) Asean V memang sudah selesai digelar. Para tamu se Asia Tenggara pun juga sudah pulang ke daerahnya masing-masing.
Namun, acara yang dihadiri oleh Presiden Joko Widodo itu ternyata masih menyisakan kesan yang kurang enak. Terutama perihal honor pemandu tamu raja dan sultan yang dibayar di bawah standar. Bahkan mereka mengeluh, karena bayarannya masih lebih mahal kuli bangunan.
Menanggapi keluhan tersebut, Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga (Disparbudpora) Sumenep menjawabnya dengan tegas bahwa honor yang diberikan kepada LO sudah sesuai dengan yang tertera dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Perubahan.
“Di anggaran kita memang betul 250 ribu sampai pekerjaan selesai,” kata Kepala Bidang Kebudayaan Disparbudpora Sumenep, Robi, Kamis, 1 November 2018.
Semestinya, lanjut Robi, para LO menerima informasi secara lengkap. Apalagi, pihaknya memang tidak menjanjikan menjanjikan akan memberikan honor lebih dari yang tertera dalam APBD.
“Semestinya sejak awal mereka (para LO) komunikasi dengan kita. Tanya, honornya berapa dan sebagainya. Tapi yang jelas, mengenai hal itu sudah disampaikan oleh EO (even organizer),” tambahnya.
Bahkan kata Robi, LO sudah bersyukur dibayar Rp 250. Sebab seharusnya tidak sampai sebesar itu. Mana masih harus dipotong pajak sebesar 5 persen. “Tapi karena pertimbangan kemanusiaan, pajaknya kami yang menanggung,” pungkasnya.
Sebelumnya, pemandu tamu mengeluhkan soal bayaran. Mereka dibayar Rp 250.000 selama lima hari. “Selama lima hari kami dibayar Rp 250.000. Berarti selama sehari semalam Rp 50.000. Sungguh memilukan, Mas. Seperti bekerja ke Belanda saja,” ucap Fauzan, salah satu pemandu tamu dalam kegiatan FKMA kepada koranmadura.com. (SOE/DIK)