Oleh : Miqdad Husein
Masuk ke lokasi wisata Baturraden, Purwokerto, di lingkungan tempat parkir kendaraan bermotor pada sebuah pos penjagaan terpampang deretan pengumuman relatif besar. Bukan soal peta lokasi yang terpampang melainkan jejeran tarif berbagai sarana, yang dapat dibaca dari jarak sekitar 20 meter.
Para pengunjung yang berdatangan terkondisikan untuk membaca deretan mirif poster itu. Tak hanya poster setiap beberapa menit ada petugas seperti membacakan deretan tarif. “Lokasi Wisata dari tempat parkir ini berjarak sekitar 500 meter. Para pengunjung dapat berjalan kaki atau naik angkutan wisata per orang Rp 3000 atau untuk satu rombongan, satu mobil Rp 40 ribu rupiah,” terdengar suara petugas lewat pengeras suara.
Para supir dengan ramah menawarkan kepada pengunjung apakah akan naik angkutan atau berjalan kaki. Lalu dengan tertib satu-satu angkutan wisata mengantarkan para pengunjung ke lokasi wisata tujuan.
Apa yang terasa di lokasi wisata Baturraden ini patut menjadi contoh tempat pariwisata lainnya. Para pengunjung mendapatkan kepastian dalam menggunakan dan menikmati sarana wisata. Tak ada permainan apalagi sampai mengerjai pengunjung. Semuanya berjalan terbuka tanpa prasangka. Ditambah keramahan pengelola pariwisata, pengunjung benar-benar dapat bersantai ria.
Para penjaja makanan pun sangat terbuka dan harga yang ditawarkan wajar. Seorang pengunjung sangat senang ketika menikmati sate kelinci. “Satenya benar-benar dari kelinci. Saya pernah dikerjain, di tempat wisata lain. Sate ayam dijajakan sebagai sate kelinci,” katanya.
Di luar pelayanan kepada pengunjung hal serius yang terlihat dari Baturraden adalah kesungguhan pemerintah daerah setempat untuk menata dan mempercantik serta mengembangkan kawasan wisata menjadi lebih memiliki daya tarik. Termasuk pembenahan pengamanan yang sebelumnya sempat terjadi kecelakaan runtuhnya jembatan Baturraden beberapa waktu lalu.
Mereka yang sekitar tujuh tahun lalu pernah ke Baturraden akan melihat perbedaan mencolok. Baturraden kini terlihat lebih memperlihatkan kesiapan sebagai tempat wisata.
Kawasan Madura yang memiliki begitu banyak obyek pariwisata bahkan dengan kualitas keunikan dan keindahan luar biasa sudah saatnya segera berbenah. Infrastruktur jalan raya, penataan tujuan wisata serta pembangunan sarana penunjang perlu dilakukan. Tak ketinggalan event budaya perlu lebih sering digelar.
Di luar hal-hal bersifat teknis terkait langsung dengan wisata penting mulai dibangun budaya kesadaran memberikan pelayanan terbaik kepada pengunjung wisata. Transparansi tarif yang berhubungan pariwisata, para penggiat ekonomi serta masyarakat Madura sendiri perlu mengembangkan budaya memberikan kenyamanan, pelayanan, rasa aman serta suasana yang dapat memberikan kegembiraan maksimal. Harus dihindari misalnya kesewenang-wenangan harga yang membuat wisatawan kapok serta nantinya menyebarkan informasi negatif tentang wisata Madura.
Di tengah persaingan keras menarik wisatawan baik domestik maupun mancanegara profesionalisme pengelolaan pariwisata mutlak harus dilakukan. Seluruh sektor terkait pariwisata harus saling menunjang dan semaksimal mungkin menghindari perilaku yang menyebabkan kekurangan nyamanan para wisatawan.
Era media sosial sekarang ini bisa menjadi sarana luar biasa penyebaran informasi positif tentang pariwisata. Namun demikian hal yang sebaliknya juga bisa terjadi, media sosial membuat industri pariwisata rontok karena penyebaran informasi hal-hal yang kadang sangat elementer misalnya seorang wisatawan menikmati kuliner terlalu mahal lalu tersebar viral. Di sinilah pentingnya seluruh pihak terkait pariwisata bersama-sama memberikan yang terbaik kepada para wisatawan.