BANGKALAN, koranmadura.com – Calon Presiden Joko Widodo (Jokowi) menghadiri Deklarasi Akbar Ulama se Madura untuk pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin di Kabupaten Bangkalan, Madura, Jawa Timur, Rabu, 19 Desember 2018.
Dalam kesempatan itu, Jokowi menanggapi isu Partai Komunis Indonesia (PKI) yang belakangan ini santer dituduhkan kepada dirinya.
Ia mengatakan, awalnya enggan menjawab tuduhan-tuduhan tersebut dan menganggap sebagai bagian dari fitnah yang tidak didasari bukti. Akan tetapi, tuduhan itu semakin berkembang dan menjadi isu liar yang sangat mengkawatirkan.
“Isu PKI sudah muncul sejak empat tahun lalu. Dan hari ini saya harus menjawab dan menanggapinya, karena setelah dilakukan survei ternyata lebih dari sembilan juta orang mempercayainya,” terangnya.
Mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut khawatir jika tidak disikapi, kemungkinan besar orang yang percaya terhadap isu PKI itu akan semakin banyak. Bahkan jumlahnya bisa meningkat menjadi 10-12 juta orang.
“Saya lahir tahun 1961, sedangkan PKI dibubarkan pada tahun 1965-1966. Jadi saat itu, saya baru berumur empat tahun. Mana mungkin saya dituduh anggota PKI, kan tidak ada PKI balita” jelasnya disambut tepuk tangan ribuan ulama Madura yang hadir.
Jokowi sangat menyayangkan karena isu tersebut dikembangkan hingga menyeret nama orangtua, kakek dan neneknya yang disebut-sebut juga sebagai bagian dari anggota PKI.
Menurutnya, menyebarkan isu PKI merupakan cara-cara berpolitik yang tidak bertata krama dan tidak beretika. Seharusnya, masyarakat diajarkan cara berdemokrasi dan berpolitik yang santun sesuai budaya Indonesia.
“Perlu saya sampaikan, bahwa saya dan keluarga adalah seorang muslim. Kalau tidak percaya silakan cek ke rumah di Solo. Di era keterbukaan seperti sekarang sangat mudah mengecek,” tegas Presiden Jokowi. (G.MUJTABA/SOE/DIK)