Oleh: MH. Said Abdullah*
Merupakan hal biasa bila calon Presiden Prabowo menyampaikan pernyataan kontroversial serta terasa jauh dari masuk akal. Perilaku itu seakan menjadi rutinitas Prabowo. Karena terlalu seringnya sampai ada sindirin merebak di tengah masyarakat: Senin Prabowo menyampaikan pernyataan, Selasa Tim Kampanye Prabowo mengklarifikasi, Rabu meminta maaf.
Yang paling mutakhir pernyataan Prabowo bahwa Indonesia akan punah. “Kita tidak boleh kalah. Kalau kita kalah Negara ini bisa punah. Karena elite Indonesia selalu mengecewakan, selalu gagal menjalankan amanah dari rakyat Indonesia,” kata Prabowo, dalam Konferensi Nasional Partai Gerindra di Sentul Convention Center, Bogor, Jawa Barat (17/12/2018).
Berbeda dengan pernyataan sebelumnya yang menyebut Indonesia akan bubar pada tahun 2030 yang ternyata mengutif isi novel fiksi Ghost Fleet, pernyataan soal Indonesia punah terkait posisi dirinya jika kalah pada Pilpres mendatang. Di sini ada nuansa merasa seakan Prabowo menjadi pusat segala sesuatu yang menentukan nasib Indonesia ke depan. Eksistensi Indonesia seperti pernyataan yang disampaikan sangat tergantung eksistensi dirinya. Luar biasa bukan.
Sudah pasti bagi mereka yang berpikir jernih akan bertanya-tanya. Apa iya negeri ini tergantung kepada seorang Prabowo. Apa masuk akal bahwa Indonesia yang luar biasa besar dan luas sepenuhnya ditentukan oleh nasib seorang manusia bernama Prabowo dalam Pilpres lima tahunan.
Deretan pernyataan mempertanyakan itu makin memiliki akurasi kualitas pemikiran ketika disadari sepenuhnya bahwa mengelola negeri ini memerlukan kebersamaan. Tidak ada satu kekuatan politikpun yang bisa sendirian menyelesaikan berbagai persoalan negeri ini.
Pernyataan Presiden Jokowi yang mengharapkan dukungan dalam mengatasi masalah di negeri ini adalah sikap objektif dan rasional. Beliau merasa dan mengakui kompleksitas masalah dan upaya membawa negeri ini menjadi lebih baik memerlukan kebersamaan seluruh potensi kekuatan negeri ini. Tidak tergantung kepada orang per orang, partai per partai, ormas per ormas.
Dengan lebih mencermati pernyataan Prabowo terasa pula semacam pesimisme tentang masa depan Indonesia. Ini jelas sangat membingungkan dan memprihatikan jika dikaitkan posisi Prabowo sebagai salah satu Calon Presiden dalam Pilpres mendatang. Bagaimana seseorang dapat diharapkan memimpin lebih baik jika yang disebarkan justru pesimisme. Bukankah seorang pemimpin mengarahkan dan mempengaruhi rakyat yang dipimpinnya untuk mengejar serta meraih cita-cita. Akan sangat sulit rakyat bergerak dinamis, berusaha keras mencapai cita-cita jika pemimpinnya berkubang dalam pesimisme.
Seorang pemimpin di manapun di dunia ini untuk mencapai tujuan apapun yang pertama dilakukan menumbuhkan optimisme dirinya; meyakini apa yang akan diraihnya mencapai keberhasilan. Kemudian keyakinan dan optimisme ditularkan dan diyakinkan kepada pengikutnya agar terbangun kebersamaan dan kekuatan untuk meraih cita-cita dan tujuan kepemimpinannya.
Beberapa kalangan pada konteks lain memberikan penilaian pernyataan Prabowo bernuansa ancaman menakut-nakuti kepada masyarakat negeri ini, seakan hanya Prabowo yang mampu menjaga negeri ini. Jika ini benar, sangat jelas merupakan ajakan memilih yang jauh dari mendidik dan mendewasakan masyarakat dalam berpolitik. Cara-cara itu bahkan dapat mengkerdilkan dan mempersempit wawasan kesadaran kebangsaan rakyat negeri ini.
Para pemimpin terbaik di dunia selalu mencerahkan, mencerdaskan, menumbuhkan optimisme dalam meraih masa depan. Bahkan dalam kondisi sesulit apapun seorang pemimpin tetap optimis serta memberikan semangat serta meyakinkan kepada rakyat yang dipimpinnya dapat mengatasi kesulitan yang terbentang di depan mata.
Indonesia yang besar perlu pemimpin visioner, penuh optimisme serta mampu mencerahkan dan mencerdaskan masyarakat. Bukan yang menakut-nakuti, menyebar pesimisme apalagi disertai pembodohan sistematis.
*Wakil Ketua Banggar DPR RI