JAKARTA, koranmadura.com – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memastikan kepundan Gunung Anak Krakatau yang kolaps menyebabkan tsunami Selat Sunda.
Baca: Data Terkini Tsunami Banten dan Lampung: 281 Meninggal, 1.016 Luka-Luka, dan 57 Hilang
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, hal itu diperoleh dari analisi bersama BMKG dengan sejumlah lembaga lain. Dia menuturkan kepundan Gunung Anak Krakatau yang kolaps menyebabkan longsor bawah tanah laut.
“Dan akhirnya menimbulkan tsunami,” kata dia dalam jumpa pers di Jakarta dalam siaran CNN Indonesia TV, Senin, 24 Desember 2018.
Dwikorita menegaskan, tsunami Selat Sunda memang berkaitan dengan erupsi Gunung Anak Krakatau.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) sebelumnya menetapkan status Gunung Anak Krakatau pada Senin dini hari berada pada Waspada (Level II) dengan rekomendasi masyarakat dan wisatawan tidak diperbolehkan mendekat dalam radius dua kilometer dari kawah.
Selama periode pengamatan 23 Desember 2018, pukul 00.00 WIB sampai dengan 24.00 WIB, visual gunung terlihat jelas hingga kabut dengan skala 0-III. Gunung Anak Krakatau juga mengalami kegempaan tremor atau getaran terus dengan amplitudo 10-58, dominan 25 mm.
Diduga akibat erupsi gunung api di dalam laut ini pada Sabtu, 22 Desember 2018 malam menjadi pemicu tsunami di Selat Sunda karena material yang berguguran ke laut.
Baca: Diterjang Ombak Besar, Sejumlah Bangunan di Pakandangan Barat Rusak
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut jumlah korban tewas akibat tsunami Selat Sunda mencapai 281 orang. Sementara, 1.016 lainnya mengalami luka-luka, dan 57 orang masih dinyatakan hilang. (CNNINDONESIA.com/ROS/VEM)