JAKARTA, koranmadura.com – Penelitian yang dilakukan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) juga menemukan tantangan yang dihadapi oleh program JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) dan BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial). Studi tersebut mengungkapkan sebanyak 23 persen peserta mendaftarkan diri sebagai anggota BPJS ketika sakit.
Selain itu, mereka yang memiliki sejarah penyakit kronis terbukti sangat antusias mendaftar sebagai peserta JKN-BPJS. Hal ini juga terbukti dari hampir 20 persen pembiayaan JKN-BPJS diperuntukkan untuk menanggulangi penyakit katastropik atau penyakit dengan biaya besar seperti stroke, diabetes, penyakit paru-paru dan jantung.
“Ada kesenjangan finansial yang dirasakan oleh JKN, di mana pendapatan tidak mampu menutupi pengeluaran. Hal ini juga disebabkan karena tingginya klaim untuk penyakit kronis,” ujar dr Rina Agustina, MSc, PhD, ketua peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia saat dijumpai di Aula FKUI, Salemba, Jakarta Pusat, Kamis, 20 Desember 2018.
Saat ini, pertumbuhan beban penyakit tidak menular sudah sangat serius yang faktornya disebabkan oleh kebiasaan yang tidak sehat seperti merokok yang meningkatkan risiko terhadap berbagai penyakit sehingga pada akhirnya meningkatkan klaim kesehatan untuk jangka panjang.
Dalam kesempatan yang sama, Teguh Dartanto, Phd, Kepala Departmen Ekonomi Fakultas Indonesia yang juga turut ambil bagian dalam penelitian ini menyampaikan ada ketimpangan. Sehingga menjadi sebuah tantangan besar bagi penyelenggara bahwa memang harus ada perbaikan-perbaikan yang dilakukan.
“Jadi jangan ketika sakit, mendaftar, terus langsung menggunakan. Sekarang memang sudah ada jangka waktu yang ditentukan sebelum menggunakan,” jelas Teguh.
Direktur Utama BPJS Kesehatan, Prof Dr dr Fachmi Idris, MKes, juga memberikan tanggapan mengenai ketimpangan yang terjadi. Ia berujar, pihak penyelenggara akan berusaha semaksimal mungkin untuk menanggulangi berbagai permasalahan yang terjadi di dalam program JKN-BPJS.
“Adanya penelitian ini memberikan analisa tajam terhadap tantangan JKN serta memberikan beberapa rekomendasi untuk mengatasinya. Ke depannya kami berharap seluruh pemangku kepentingan bisa bekerja sama untuk memberikan kontribusi dalam menciptakan sistem kesehatan yang lebih baik dan berkelanjutan bagi masyarakat Indonesia,” pungkasnya. (DETIK.com/ROS/VEM)