Oleh: MH. Said Abdullah*
Tanpa gembar-gembor Presiden Jokowi tiba-tiba ada di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta. Presiden Jokowi tidak datang untuk berobat melainkan menjenguk Ustad Muhammad Arifin Ilham, yang diberitakan sedang dirawat karena penyakit kanker getah bening. Cawapres KH. Ma’ruf Amin, sehari sebelumnya berkesempatan pula menjenguk dan mendoakan Ustad Muhammad Arifin Ilham.
Presiden Jokowi dan Ustad Muhammad Arifin Ilham sebagaimana foto yang tersebar di berbagai media tampak berbicang akrab. Ustad Muhammad Arifin Ilham yang sebelumnya lebih banyak telentang seakan mendapat energi untuk dapat duduk sehingga perbincangan keduanya relatif lebih intens. Di Istana Negara Jokowi kepada wartawan mengajak masyarakat Indonesia berdoa bagi kesembuhan Usatad Arifin Ilham. “Semoga Allah segera angkat penyakitnya sehingga beliau dapat kembali berdakwah, bersiar dan memberikan tausiyah kepada kita,” ujar Presiden Jokowi di Istana Negara usai pelantikan Kepala BNPB.
Kehadiran Presiden Jokowi menjenguk M. Arifin Ilham yang baru diketahui setelah Biro Pers Sekretariat Presiden mengumumkan itu merupakan perwujudan pembelajaran moral politik. Kehadiran ke RSCM itu juga menegaskan bahwa nilai dan hubungan kemanusiaan sebagai bentuk riil persaudaraan anak bangsa tidak boleh terputus atas dasar apapun. Kebersamaan sebagai keluarga besar bernama Indonesia adalah segala-galanya, yang menjadi kekuatan utama negeri ini.
Masyarakat Indonesia mengetahui secara jelas bahwa Muhammad Arifin Ilham selama ini memiliki perbedaan sikap politik dengan Presiden Jokowi. Arifin Ilham merupakan salah satu pendukung pasangan Capres Cawapres Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno. Ia pun selama ini selalu berada dalam sikap berbeda terhadap beberapa persoalan bangsa.
Namun demikian walau ada perbedaan cara pandang dan sikap politik Presiden Jokowi tetap melihat bahwa ada sesuatu yang jauh lebih penting dikedepankan yaitu persaudaraan, ikatan kemanusiaan sesama anak bangsa. Ukhuwah Islamiyah, ukhuwah wathaniyah dan ukhuwah basariah merupakan fondasi utama negeri ini sehingga tetap berada dalam kedamaian indah seperti sekarang ini, yang harus selalu dijaga dari berbagai rongrongan kepentingan.
Presiden Jokowi sebagai seorang muslim agaknya mencontoh akhlak Nabi Muhammad SAW dalam tatanan pergaulan antar manusia. Sikap Nabi Muhammad seperti ditulis para ahli sejarah tetap bersikap baik dalam hubungan kemanusiaan kepada mereka yang berbeda. Sikap Nabi Muhammad yang bersikap ramah – ada yang menyebut selalu menyuapinya – kepada seorang Yahudi tuna netra, yang selalu memaki-maki mencerminkan keagungan akhlak sangat luar biasa.
Presiden Jokowi dengan penuh kearifan juga mengikuti jiwa kenegarawanan para pemimpin Indonesia di masa lalu. Bagaimana Bung Karno, Ali Sostroamidjoyo dan tokoh PNI lainnya tetap berhubungan baik dengan tokoh Masyumi seperti M. Natsir, Prawoto, Mohammad Room dan lainnya. Demikian pula antar tokoh-tokoh masa lalu walau berbeda partai serta sikap politik hubungan persaudaraan sebagai anak bangsa tetap terjalin baik.
Masyarakat Indonesia dari peristiwa sederhana ini menyaksikan contoh dan bukan sekedar retorika bagaimana tetap menjalin persaudaraan kepada siapa saja walau katakanlah ada cara pandang berbeda dalam menyelesaikan berbagai persoalan negeri ini. Presiden Jokowi melalui kunjungan menjenguk Ustad Muhammad Arifin Ilham seakan ingin berpesan kepada rakyat Indonesia: jangan putus silaturrahmi walau ada perbedaan sikap politik. Tetap kembangkan kasih sayang, jangan saling menebar kebencian di tengah perbedaan pilihan dalam menyelesaikan berbagai persoalan bangsa.
Damai negeri ini, memang harus dimulai, dicontoh dan dilakukan oleh mereka yang disebut sebagai pemimpin. Pemimpin memang harus ing ngarso sung tulodo – menjadi contoh dan bukan sekedar memberi contoh. Berbuat dan bukan sekedar beretorika.
*Wakil Ketua Banggar DPR RI