SUMENEP, koranmadura.com – Dalam beberapa tahun terakhir, jumlah penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, cenderung mengalami peningkatan. Meski begitu, Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat mengklaim masyarakat semakin sensitif terhadap kasus DBD.
Kapala Bidang Pencegahan, Pemberantasan, Pengendalian Penyakit Masalah Kesehatan Masyarakat Dinkes Sumenep, Kusumawati, mengungkapkan, pada tahun 2017 atau dua tahun lalu jumlah masyarakat yang terjangkit DBD sebanyak 238 orang.
Dari jumlah tersebut, tiga diantaranya meninggal dunia. Warga yang terjangkit penyakit akibat gigitan nyamuk Aedes Aigypti tersebar di sebanyak 112 desa di kabupaten paling timur Pulau Madura, baik daratan maupun kepulauan.
Kemudian pada tahun berikutnya, jumlah penderita DBD di Sumenep mengalami peningkatan menjadi 292 orang yang tersebar di sebanyak 116 desa. “Tapi selama 2018, alhamdulillah, tidak ada penderita DBD di Sumenep yang sampai meninggal dunia,” ungkap dia, Kamis, 17 Januari 2019.
Sedangkan di awal tahun ini, meski belum genap satu bulan, menurut perempuan yang akrab disapa Bu Kus itu, warga Sumenep yang terjangkit DBD sebanyak 16 orang. Sehingga jika dirata-ratakan, tiap hari ada satu warga yang menderita DBD.
Dia mengatakan, adanya tren peningkatan jumlah penderita DBD dalam dua terakhir menunjukkan bahwa masyarakat sudah mulai sensitif terhadap demam berdarah. Artinya ketika ada anggota keluarganya mengalami gejala DBD, langsung diperiksakan kepada Puskesmas setempat.
Namun demikian, dia mengimbau kepada masyarakat untuk ikut andil menekan kasus DBD di Sumenep. Sebab tanpa adanya peran serta masyarakat, kasus demam berdarah akan sulit diminimalisir. Paling tidak dengan dengan melakukan PSN (pemberantasan sarang nyamuk) minimal satu minggu sekali.
“Kegiatan PSN ini sangat efektif untuk menekan kasus demam berdarah. Kegiatan itu mempunyai daya ungkit yang luar biasa untuk penurunan kasus demam berdarah di Kabupaten Sumenep,” pungkasnya. (FATHOL ALIF/ROS/VEM)