JAKARTA, koranmadura.com – Sejumlah pekerjaan disebut lebih berisiko menyebabkan terjadinya bunuh diri lebih tinggi ketimbang pekerjaan lainnya. Oleh sebab itu, problem bunuh diri perlu mendapatkan solusi terbaik dari para ahli.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat menerbitkan penelitian di 17 negara bagian, dimuat di MMWR (Morbidity and Mortality Weekly Report), 16 November 2018. Kesimpulannya, ada kelompok pekerjaan tertentu yang punya angka bunuh diri lebih tinggi ketimbang kelompok pekerjaan yang lain, tercatat mulai dari 2012 hingga 2015.
Untuk pria, pekerjaan yang punya tingkat bunuh diri paling tinggi adalah Konstruksi dan Ekstraktif, meliputi bidang pekerja bangunan hingga pertambangan, dibayar per jam hingga dibayar sistem gaji seperti supervisor. Golongan pekerjaan ini mendominasi tingkat bunuh diri 43,6 kasus per 100 ribu orang pada 2012 dan 53,2 kasus per 100 ribu orang pada 2015.
Di peringkat kedua, ada golongan pekerja Seni, Desain, Hiburan, Olahraga, dan Media. Tingkat bunuh diri di golongan pekerjaan ini mencapai 26,9 kasus per 100 ribu orang pada 2012 dan 39,7 kasus per 100 ribu pada 2015.
Peringkat ketiga ditempati golongan pekerja instalasi, pemeliharaan, dan perbaikan (reparasi). Ada 31,6 kasus bunuh diri per 100 ribu orang pada 2012 dan 39,1 kasus per 100 ribu orang pada 2015.
Selanjutnya, ada golongan pekerja transportasi dan pemindahan barang, bidang produksi, bidang jasa perlindungan, bidang kebersihan dan pemeliharaan gedung, dan bidang praktisi serta teknisi layanan kesehatan.
Untuk perempuan, pekerjaan yang punya tingkat bunuh diri paling tinggi adalah golongan pekerjaan bidang Seni, Desain, Hiburan, Olahraga, dan Media. Ada 11,7 kasus bunuh diri per 100 ribu orang pada 2012 dan 15,6 kasus per 100 ribu orang pada 2015.
Di peringkat kedua, ada golongan pekerjaan bidang Jasa Perlindungan. Ada 11,6 kasus per 100 ribu orang pada 2012 dan 12,2 kasus per 100 ribu orang pada 2015.
Di peringkat ketiga, ada golongan pekerjaan bidang Pendukung Layanan Kesehatan. Ada 8,4 kasus per 100 ribu orang pada 2012 dan 11,0 kasus per 100 ribu orang pada 2015.
Peringkat-peringkat di bawahnya di isi berturut-turut oleh orang-orang yang bekerja di bidang Jasa Penyedia Makanan, bidang Legal, bidang Praktisi dan Teknisi Layanan Kesehatan, bidang Produksi, dan bidang Layanan Personal (Personal Care Service).
Pekerjaan keterampilan rendah berisiko paling tinggi
Satu penelitian dari Inggris menyimpulkan, pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan keterampilan rendah ternyata mempunyai risiko bunuh diri yang lebih tinggi ketimbang pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan keterampilan lebih tinggi.
Itu adalah hasil penelitian Allison Milner dan kawan-kawan yang terbit di The British Journal of Psychiatry (2013). Mereka menganalisis penelitian-penelitian bunuh diri terhadap masyarakat pekerja di Kanada, AS, Eropa, Jepang, Korea, Selandia Baru, dan Australia.
Pertama-tama, mereka menggolongkan pelbagai pekerjaan berdasarkan Klasifikasi Pekerjaan Standar Internasional (ISCO), berisi dari kategori 1 sebagai pekerjaan yang paling membutuhkan keterampilan dan spesialisasi hingga kategori 9 yang dinilai punya keterampilan paling sedikit. Ada pula kategori 0 (militer) yang tidak terumuskan dalam penilaian kemampuan keterampilan.
Hasilnya, pekerjaan dengan risiko bunuh diri paling tinggi adalah pekerjaan kategori 9, yakni pekerjaan ‘elementer’ meliputi buruh dan tenaga kebersihan (Rate Ratio 1,84), ini adalah jenis pekerjaan yang membutuhkan keterampilan paling rendah.
Pekerjaan nomor dua paling berisiko bunuh diri adalah pekerjaan kategori 8 meliputi bidang operator mesin, perakit mesin, dan anak buah kapal (Rate Ratio 1,78).
Peringkat ketiga pekerjaan paling berisiko bunuh diri ditempati oleh kategori 5 meliputi polisi atau perlindungan keamanan (Rate Ratio 1,52). Peringkat keempat pekerjaan paling berisiko bunuh diri adalah kategori 6 yakni pekerja terampil pertanian, kehutanan, dan perikanan (Rate Ratio 1,64).
Pekerjaan dengan risiko bunuh diri paling rendah adalah pekerjaan yang membutuhkan keterampilan dan spesialisasi tinggi, yakni kategori 1, berisi pekerjaan manajer, pimpinan eksekutif, pejabat pemerintahan, anggota DPR, hingga manajer perhotelan (Rate Ratio 0,68). Disusul kemudian, pekerjaan kategori 4 meliputi tenaga tata usaha (Rate Ratio 0,77).
Risiko bunuh diri paling tinggi ada di kelompok pekerjaan dengan keterampilan paling rendah. Kemungkinan, ini dipengaruhi tidak beruntungnya mereka dalam hal sosial-ekonomi, pemasukan, serta akses terhadap layanan kesehatan.
Akses terhadap cara bunuh diri yang mematikan juga berpengaruh. Soalnya, terdapat risiko bunuh diri yang lebih tinggi pada pekerjaan-pekerjaan semacam itu, seperti petani, polisi, militer, dan pekerja medis. Di Selandia Baru misalnya, petani lebih banyak bunuh diri memakai senjata api, dan pekerja medis kebanyakan menggunakan obat-obatan untuk bunuh diri.
Tekanan pekerjaan juga ditengarai memengaruhi risiko bunuh diri. Maka perlu ada perlindungan para pekerja dari bunuh diri, caranya dengan mempromosikan kesehatan mental dan layanan bantuan konseling. (DETIK.com/ROS/VEM)