SUMENEP, koranmadura.com – Berdasarkan data Dinas Kesehatan, dalam dua tahun terakhir atau mulai 2017 hingga 2018, tren penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, cenderung meningkat.
Baca: 2019 Belum Genap 17 Hari, Penderita DBD di Sumenep Sudah 16 Orang
Kapala Bidang Pencegahan, Pemberantasan, Pengendalian Penyakit Masalah Kesehatan Masyarakat Dinkes Sumenep, Kusumawati, mengatakan pihaknya mengaku sudah melakukan upaya untuk menekan kasus demam berdarah di kabupaten paling timur Pulau Madura.
Menurut dia, upaya Dinkes untuk menekan kasus demam berdarah ialah dengan melakukan gerak cepat ketika ada laporan dari Puskesmas bahwa di daerah tertentu ada kasus demam berdarah.
“Upaya Dinkes (untuk menekan kasus demam berdarah), ketika ada laporan dari Puskesmas, tim sergap kami langsung ke lapangan, meninjau di mana kasus yang terjadi untuk kemudian dilakukan fogging dengan radius 100 meter dari tempat penderita,” katanya.
Menanggapi hal itu, Wakil Ketua Komisi IV DPRD Sumenep, Abrari, menilai pola pencegahan yang dilakukan Dinkes selama ini terbalik. Menurut dia, selain tentunya melakukan sosialisasi, mestinya Dinkes tidak menunggu ada kasus lebih dulu untuk melakukan upaya pencegahan, seperti fogging.
“Sejauh ini Dinkes bergerak setelah adanya kasus. Mestinya pola seperti itu dibalik. Supaya masyarakat tidak terjangkit, maka Dinkes bersama jajarannya selain melakukan sosialisasi juga harus melakukan kegiatan hal-hal yang dapat membuat masyarakat terhindar dari demam berdarah. Cuma hal seperti ini yang nyaris lumpuh sebenarnya,” tegas dia.
Seandainya Dinkes menerapkan pola seperti itu, pria yang akrab disapa Abe ini optimis masyarakat akan lebih terproteksi dari penyakit DBD. “Karena jejaring Dinkes itu jelas, mulai dari dinas, kecamatan bahkan ke desa,” ujarnya.
Seperti diketahui, pada tahun 2017 atau dua tahun lalu jumlah masyarakat Sumenep yang terjangkit DBD sebanyak 238 orang. Dari jumlah tersebut, tiga diantaranya meninggal dunia. Warga yang terjangkit penyakit akibat gigitan nyamuk Aedes Aigypti waktu itu tersebar di sebanyak 112 desa.
Kemudian pada tahun berikutnya, jumlah penderita DBD di Sumenep mengalami peningkatan menjadi 292 orang. Mereka tersebar di sebanyak 116 desa. “Tapi selama 2018, alhamdulillah, tidak ada penderita DBD di Sumenep yang sampai meninggal dunia,” ungkap dia, Kamis, 17 Januari 2019.
Sedangkan di awal tahun ini, meski belum genap satu bulan, warga Sumenep yang terjangkit DBD sebanyak 16 orang. Sehingga jika dirata-ratakan, di awal tahun ini tiap hari ada satu warga yang menderita DBD. (FATHOL ALIF/SOE/DIK)